INFOKU, BLORA - Komisi B DPRD Blora menerima audiensi Pengurus DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, terkait polemik harga tebu dan pola kemitraan dengan PT. Gendhis Multi Manis Badan Urusan Logistik (GMM Bulog) Blora, di ruang rapat DPRD setempat, Rabu (22/5/2024).
Hadir
dari PT. GMM Blora, Direktur Operasional, Krisna Murtianto, Manajer Proses,
Rahmad, Manajer Tanaman, Yudi Ardiansyah, Manajer SDM, Adam dan Humas, Sugito.
Sementara dari DPC
APTRI Blora hadir pengurus, terdiri dari Ketua Umum, Sunoto, Sekretaris Anton
Sudibyo dan Wakil Sekretaris Agus Joko Susilo, Bendahara, Wahyu dan Penasehat
APTRI, Bambang Sulistya dan puluhan Ketua Bidang dan Koordinator Lapangan.
“Saya persilahkan kepada Ketua DPC APTRI Blora untuk menyampaikan materi audiensinya, unek - uneknya, berikutnya nanti biar ditanggapi oleh pihak PT. GMM Blora, sampaikan semuanya secara terbuka apa yang menjadi keresahan para petani tebu di Blora saat ini," ucap Yuyus Waluyo Ketua Komisi B DPRD Blora.
Baca juga : Walau Harga Beli Tebu Naik Lagi, Namun Masih Rendah di Banding Daerah Luar Blora
Ketua DPC APTRI
Blora Sunoto menekankan supaya pelaksanaan Forum Temu Kemitraan (FTK) yang
bertempat di PTGMN Bulog agar dapat dintensifkan dan ditingkatkan kualitasnya
untuk menyampaikan informasi, motivasi, solusi serta merumuskan dan memutuskan
kebijakan harga tiap periode giling tebu.
“Kemitraan yang
diwujudkan antara para petani tebu dengan pihak PT GMM Bulog harus dilandasi
oleh prinsip prinsip kemitraan, yaitu saling memberi manfaat, saling melengkapi
dan saling menguntungkan. Ono rembug pada dirembug,” tuturnya.
Sunoto meminta
harga pembelian tebu petani terus dievaluasi sesuai dengan perkembangan nilai
rendemen tebu yang dihasilkan dan kebijakan Pemerintah tentang harga gula di
pasaran.
Termasuk kesulitan
petani tebu dalam memperoleh pupuk dan mendapatkan modal untuk usaha tani tebu
di masa yang akan datang harus mendapatkan solusi dan perhatian khusus baik
dari pihak PT GMM Bulog maupun pihak Pemerintah Daerah.
"Saya
apresiasi atas kehadiran Direktur Operasional PT. GMM Blora, yang mewakili
Direktur Utama bersama jajaran, dan saya apresiasi juga atas kenaikan harga
beli tebu petani, yang naik dua kali dalam seminggu.
Kenaikan
Harga & Kredit Tani
Pertama dari
Rp67.000/Kw berubah jadi Rp70.000/Kw tebu lokal dan tebu luar dari Blora
Rp72.000/kw dan perubahan kedua menjadi Rp 72.000/kw lokal dan harga tebu luar
dari Blora Rp74.000/kw. Dari Rp67.000/ke menjadi Rp72.000/kw Sehingga
perubahan harga tebu lokal menjadi Rp5.000/kw," kata Sunoto.
Baca juga : DPRD Blora akan Panggil Direksi PT GMM Bulog terkait Harga Beli Tebu Rendah
Sekretaris APTRI
Blora Anton Sudibyo menambahkan kerusakan mesin giling dalam musim giling 2024
diminta dapat disikapi dan diantisipasi agar kelancaran proses penggilingan
tebu tetap terjaga.
Bahkan disarankan
dimasa yang akan datang sebelum musim giling agar dilestarikan budaya syukuran
untuk memohon kepada pemilik langit agar proses penggilingan tebu diberi
kelancaran dan kesuksesan.
“Saya sangat kecewa
dengan kinerja manajemen direksi sekarang, yang tidak memperhatikan kesulitan
petani, petani tidak dibimbing dan tidak difasilitasi kredit, bibit mutunya
tidak bagus, sehingga hasilnya pun rendah rendemennya,” tegas Anton.
Mestinya jaman
semakin canggih, petani kita juga harusnya lebih sejahtera, ini yang terjadi
malah sebaliknya merosot terus. “Banyak petani kita yang gulung tikar, hutang
bertumpuk," kata dia.
Baca juga : Akhir PT GMM Bulog Naikkan Harga Beli Tebu Lokal Blora, Walau Kenaikan Masih Rendah
Selain itu
disarankan Dinas teknis terkait dan PT GMM Bulog agar bisa mendata kembali
realita luas areal tebu di Kabupaten Blora sehingga dapat diketahui mana bahan
baku tebu yang dari dalam maupun dari luar Kabupaten Blora.
Harga
Pertimbangkan Daerah Lain
Pada kesempatan
menjawab, Direktur Operasional PT. GMM Blora, Krisna Murtiyanto menjelaskan
alasan penetapan harga beli tebu petani yang ditetapkan oleh Surat Edaran
Direktorat Jenderal Perkebunan, tertanggal 3 Mei 2024, yang menetapkan harga
beli tebu petani dengan harga Rp67.000/kwt dengan rendemen di bawah 7%.
Namun dirinya pun mengaku
terus mengikuti perkembangan harga pasar, sehingga PT. GMM bisa menaikkan
harga.
“Namun karena juga
mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak, termasuk dari APTRI, serta
mengikuti perkembangan harga dari pabrik gula pabrik gula lain, maka kenaikan
terus kami lakukan,” ucapnya.
Krisna Murtiyanto
menyatakan siap bersinergi dalam penetapan harga tebu melalui Forum Temu
Kemitraan dengan Pengurus APTRI Blora.
“Mari kita jalin
kerja sama kedepan lebih baik lagi, tingkatkan komunikasi dan sinergi untuk kesejahteraan
petani, kami siap," ucap Dirops PT. GMM Blora Krisna Murtiyanto.
Audiensi tersebut diakhiri dengan penegasan oleh Ketua Komisi B DPRD Blora, Yuyus Waluyo yang menyampaikan bahwa perlu dipetakan terkait permodalan, luas kawasan untuk lahannya, pemenuhan pupuk, saprodinya, termasuk kesepakatan harga, dan sistem PT. GMM beli tebu ke petani (SPT dan atau SBH).
Baca juga : Bantuan Pompa Air Dari Kementan RI Diserahkan 164 Kelompok Tani Blora
"Jaminan petani tentu produksinya, setiap petani bisa mengajukan ke perbankan," tandas Ketua Komisi B DPRD Blora.
Turut memandu audiensi wakil ketua DPRD Siswanto dan Sakijan. Sementara sejumlah anggota DPRD juga hadir yakni Siswanto, Abdullah Aminudin, Jayadi, Budi Sustiyono, Munawar, serta instansi terkait beserta pihak perbankan. (Endah/KOM)
0 Comments
Post a Comment