INFOKU, BLORA - Penjual janur kelapa mulai bermunculan di pasar tradisional Blora, Jawa Tengah menjelang Lebaran Ketupat atau tradisi kupatan 2024.
Sarmi,
salah satu penjual janur di pasar tradisional Sido Makmur, asal Dukuh Pojok
Desa Buluroto Kecamatan Blora, mengatakan menjual janur dilakukan mulai H+1
Idulfitri 1445 Hijriah.
Tradisi Lebaran
Ketupat dilakukan sebagian umat Muslim Blora setiap H+7 Idulfitri.
“Saya dapat kiriman janur kelapa dari Kebumen. Satu ikat berisi 50 helai janur harganya Rp20.000,00. Sedangkan satu ikat yang terdiri 10 helai janur harganya Rp5.000,00,” jelasnya, di pasar tradisional Sido Makmur Blora, kemarin.
Baca juga : Berburu Janur Kelapa & “Kupat Kecemplung Santen”
Selain menyediakan
janur kelapa, ia juga menyediakan selongsong ketupat dan tali pengikat lepet
serta buah kelapa tua untuk membuat santan sayur.
“Pembeli yang
menghendaki selongsong ketupat yang sudah jadi saya sediakan, bahkan saya
buatkan langsung, harganya Rp10.000,00 per 10 buah,” kata Sarmi.
Sementara itu
Sukijan, penjual janur kelapa lainnya asal Kaliweden Blora, mengatakan
aktivitas musiman dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga.
“Ini sudah saya
jalankan setiap tahun menjelang kupatan,” kata dia.
Sebagian warga Blora mulai berburu dan membeli janur kelapa baik di pasar tradisional maupun yang dijual keliling oleh pedagang.
“Setahun sekali,
buat ketupat dan lepet dimakan bersama keluarga dan dibagikan ke saudara,” kata
Siti, salah seorang warga Desa Gedongsari, Kecamatan Banjarejo.
Dia mengaku harga
janur kelapa relatif terjangkau.
Tidak hanya di pasar Sido Makmur Blora, penjual janur kelapa juga bermunculan
di Pasar Desa Gedongsari, Pasar Jepon , Pasar Tradisional Banjarejo, Ngawen dan
pasar tradisional lainnya di Kabupaten Blora.
Ketupat atau kupat
dibuat dari beras, dinikmati dengan sayur kuah santan. Sedangkan lepet dibuat
dari bahan ketan dicampur parutan kelapa dan beberapa ditambah kacang tholo.
Beberapa warga di pedesaan, pada pagi hari Lebaran Ketupat biasanya menggelar hajatan yang dipusatkan di rumah perangkat desa atau tokoh masyarakat.
Baca juga : Etik dan Bibi menguat Cawabup, Saat PDIP Kaji Potensi Kader pada Pilkada 2024
Selain itu,
beberapa warga Blora juga berwisata sambil membawa bekal ketupat dan lepet ke
pantai seperti di pantai Kartini Rembang atau di pantai wilayah Kabupaten Jepara.
Istilah ketupat kerap digunakan untuk parikan pada acara tertentu, misalnya, kupat kecemplung santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten (kupat dicelup kuah santan, kalau ada salah mohon dimaafkan).
“Itu menarik, bagian dari kearifan lokal, karena masih dalam suasana lebaran atau di bulan Syawal dan saling bermaafan," ucap Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi kupatan asal Kecamatan Randublatung, Blora. (Setyorini/KOM)
0 Comments
Post a Comment