INFOKU. BLORA - Dari data yang diperolrh ternyata persentase balita usia di bawah dua tahun (baduta) berisiko stunting masih tinggi di Blora. Pemkab Blora mencatat masih di angka 25,8 persen.
Mengatasi itu, pemkab membuat program
sedekah telur ASN. Telur-telur itu diberikan pada baduta risiko stunting.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana (DaldukKB) Blora Achmad Nurhidayat menyampaikan, potensi baduta risiko stunting sekitar
25,8 persen.
Agar baduta yang ada tidak
mengalami stunting harus diberikan asupan nutrisi.
''Beberapa yang kami lakukan salah satunya
dengan membantu pemberian asupan gizi melalui sedekah telur,''
jelasnya.
Baca juga : Stunting & Kemiskinan, Camat dan Kepala Puskesmas Harus Punya Data Valid
Pihaknya menyarankan, telur yang telah
diberikan bisa disajikan dengan cara digoreng memakai mentega atau direbus.
Masing-masing baduta mendapatkan telur sebanyak
14 butir untuk satu minggu. Sehari harus mengkonsumsi dua butir.
''Selama dua minggu para baduta risiko stunting mendapatkan
tambahan makanan berupa telur dari hasil sedekah telur ASN,''
terang Nurhidayat.
Wakil KetuaTim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)
Blora Ainia Sholicah mengatakan, gerakan sedekah telur pemkab Blora
kepada para baduta akan dikontrol selama dua minggu. Mereka dipantau
kecukupan gizinya oleh kader posyandu selama dua minggu ke depan.
''Nanti tepat tanggal 15 Agustus kami minta
semua baduta yang menerima bantuan telur dihadirkan ke
posyandu untuk diperiksa kesehatannya,'' terangnya.
Baca juga : Tersisa10 Desa Tertinggal di Blora, 223 Desa Kategori Berkembang
Ainia mengatakan, monitoring hasil
pemberian asupan gizi kepada baduta berisiko stunting dibutuhkan.
Sehingga, program sedekah dapat diketahui hasil
dan manfaat yang dirasakan bagi baduta.
''Kami ingin sedekah telur ini bisa
diketahui langsung hasilnya seperti apa,'' ungkapnya.
Sebelumnya, Bupati Arief Rohman melakukan
gerakan sedekah telur di kalangan ASN. Jumlahnya sebanyak 8 ribu
orang lebih.
Setiap Jumat masing-masing ASN mengumpulkan satu butir telur ayam di setiap kantornya. Telur yang terkumpul itu kemudian disalurkan kepada
keluarga kurang mampu yang memiliki bayi risiko atau rawan stunting.
“Lewat penyuluh KB dan kader posyandu bisa memantau langsung perkembangan baduta yang menerima sedekah telur. Dibuat before after dan disusun laporannya,” tambahnya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment