"Dirgahayu RI, 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2023
Ketika awal Jokowi
berkuasa, teman saya mengatakan bahwa yang paling berbahaya secara politik
adalah sikap Jokowi yang ingin memaksa Freeport mengakhiri Kontrak Kerja dan
patuh kepada UU Minerba.
Karena ini
menyangkut kepentingan AS yang Lima Presiden sebelumnya tidak mampu menghadapi.
Apalagi Jokowi bukan presiden yang pemimpin Partai, yang tentu tidak punya kekuatan terorganisir di akar rumput menahan gejolak serangan politik dalam negeri.
Benarlah.
Tahun 2015 suhu
politik memanas dengan munculnya skandal “Papa minta saham” yang berkaitan
dengan Dirut PT. Freeport Indonesia dan Setya Novanto bersama Murez.
Isi rekaman itu
menyeret nama nama mantan presiden sebelumnya yang terlibat dalam konspirasi
tingkat tinggi.
Setya Novanto lolos
dari kasus ini karena dia tidak mau bersaksi atas isi rekaman itu.
Secara tidak
langsung Novanto menyelamatkan muka para presiden sebelumnya.
Tanpa operasi
Intelligent Asing tidak mungkin rekaman yang sudah setahun lebih muncul lagi
kepublik dan membuat gemetar elite politik.
Ini seakan sinyal
kepada Jokowi bahwa jangan main main dengan Freeport.
Baca juga : Inilah Curhat Petani Hutan Blora ke Jokowi - Kunjungan ke 4 Di Blora
Apakah
itu cukup?
Belum.
!!
Pada bulan Februari
2016, Kapal selam AS berkekuatan nuklir mendekati perairan Indonesia.
Ini provokasi yang
berbahaya.
Jokowi telah
memerintahkan TNI AL harus tanpa ragu menjaga teritori Indonesia.
Makanya Tim reaksi
cepat Western Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL dipiloti Kapten Laut (P) S
Hayat dan Lettu Laut (P) Asgar Serli bergerak cepat menuju wilayah perairan
Nongsa, Batam.
Pusat Penerbangan
TNI AL yang bermarkas di Tanjungpinang harus melaksanakan prosedur tetap dalam
Standar operasi tempur untuk menjaga teritory Indonesia.
Berita ini tidak
begitu di perhatikan oleh Publik.
Padahal saat itu
prajurit TNI berhadapan dengan Angkatan laut AS yang menggunakan Kapal selam
modern untuk mendekati perairan Indonesia.
Saya yakin apalah
arti kekuatan Helikopter Helikopter BO 105 nomor lambung NV-408, di bandingkan
dengan kekuatan angkatan laut AS.
Tapi prajurit TNI
tanpa sedikitpun ragu terus me shadow kapal selam itu untuk segera menjauh dari
perairan Indonesia.
Selesai?
Belum.
!!!!
Masih
ada lagi…
Di penghujung tahun
2016 atau bulan november terjadi aksi massa umat islam yang dikenal dengan
gerakan GNMF MUI untuk memenjarakan Ahok yang dituduh menistakan agama.
Namun sebetulnya
diarahkan untuk menjatuhkan Jokowi.
Terbukti dalam aksi
411 ratusan ribu orang berdemontrasi mengepung istana negara.
Aparat dengan
kesetian tinggi kepada Presiden berhasil menjaga ketertiban demo tersebut walau
sempat terjadi gesekan dengan aparat.
Selesai?
Juga
Belum!
Sebulan kemudian
diadakan lagi aksi 212, tujuan tetap sama memenjarakan Ahok dengan target
Istana negara.
Kali ini Jokowi datangi peserta demo dengan percaya diri, dan memastikan dia tidak takut dan dia bukan musuh umat islam.
Apakah
itu cukup?
Belum!!
Pada saat hari
Pilkada DKI, Kapal induk bertenaga nuklir milik Amerika Serikat (AS) USS Carl
Vinson memasuki wilayah Indonesia dengan alasan mengawal kunjungan Wakil
Presiden AS Mike Pence ke Indonesia.
Kunjungan dengan
kawalan berkekuatan besar ini secara tidak langsung AS menerapkan smart power
terhadap Indonesia.
“Kamu jangan coba
coba melawan saya“.
Pada bulan itu
memang sedang dilakukan perundingan dengan Freeport.
Jokowi menghadapi
tekanan itu dengan tenang.
Dalam pertemuan
dengan Jokowi, Mike tidak menyinggung soal Freeport.
Provokasi AS di
perairan Indonesia dan adanya pressure group sebagai proxy AS yang membuat
stabilitas politik dalam negeri terganggu, menguatkan argumen para elite
politik dan Jenderal bahwa berhadapan dengan kepentingan AS di Indonesia sangat
berbahaya.
Tahun 2017 Prabowo
mengatakan bahwa Indonesia harus menghormati kepentingan AS.
Bahkan Prabowo sampai mengingatkan pemerintah Jokowi bahwa Amerika Serikat pernah membantu bangsa Indonesia pada beberapa hal.
Tentu ini berkaitan
dengan kekisruhan perundingan dengan Freeport.
Sikap Jokowi sudah
jelas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Pemegang KK harus
beralih operasi menjadi perusahaan IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK).
Kewajiban divestasi
hingga 51 persen.
Sikap ini dipegang
dengan konsisten.
Teman saya bilang
bahwa bukan hanya AS yang dibuat Jokowi tidak berdaya.
Baca Juga : Ke 2 kalinya Jokowi Ke Blora - Presiden Jokowi Resmikan Bandara Ngloram di Blora
China
juga merasakan sikap keras Jokowi.
Dalam pertemuan
APEC di Beijing. Jokowi dengan tegas akan memberikan ruang ALKI kepada
AS.
Dengan demikian
tidak berdesakan dengan China di Malaka.
Bahkan Jokowi
menolak dengan keras klaim Cina atas laut Cina Selatan & menggantinya
dengan Natuna Utara!!!
Yang membuat
pemerintah Cina geram, tapi apa daya yang dihadapi adalah Jokowi si manusia
keras kepala yang sangat mencintai negerinya.
Dan kalian masih
bilang Jokowi antek Cina???
Kalian mau tahu
muka antek Cina dan penjilat pantat cina?
Nih.....!!
Setelah pertemuan
APEC di Beijing Jokowi akan membangun pelabuhan check point di Nusa Tenggara
Barat (NTB) & Sulawesi.
Waktu itu baik
China & AS setuju untuk mengakhiri konflik laut cina selatan.
Atas kesepakatan
itu China merasa aman dengan program OBOR untuk menghubungkan China ASEAN.
Pembangunan kereta
logistik digelar dari Guangxie melalui Vietnam, Thailand, Malaysia Singapore
dan rencana dengan jembatan laut Malaka akan terhubung dengan Indonesia ( Dumai
).
Saat sekarang jalur
kereta sudah sampai di Malaysia. Dan sedang membangun tunnel ke Singapore.
Sementara AS sedang
memperkuat investasi explorasi gas di blok santa fee dan marsela ( laut
Arafuru- Maluku ) dan Mahakam, kalimantan timur.
Tetapi dalam
perjalanannya Jokowi tidak pernah komit dengan kesepakatan APEC itu.
Jokowi tidak
menanggapi proposal jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Dumai dengan
Malaka.
Padahal proyek itu
sudah dapat izin prinsip dari pemerintah SBY.
Program Toll laut
Jokowi bukannya mendukung OBOR malah bersaing dengan OBOR.
China
pusing.
Bagaimana
dengan AS?
Blok Mahakam di
take over oleh Pertamina awal tahun ini dan Blok marsela di bangun di darat dan
sekarang justru Jokowi akan membangun pangkalan militer di Kepulauan Arafuru.
AS
tambah pusing.
“Bagaimana mau
kerjasama kalau tidak ada yang komit". Jokowi seenaknya mengabaikan
komitment yang dibuatnya. Kata teman konsultan Geostrategis kepada
saya.
Saya hanya
tersenyum.
Saya katakan kepada
teman bahwa OBOR ( One Belt One Road ) tidak akan dapat peluang menyentuh
Malaka sebelum Sumatera terkoneksi dengan toll laut maupun toll darat.
Jokowi tidak mau
mengorbankan Geostrategisnya untuk kepentingan asing.
Janji China akan
menggelontorkan dana USD 30 miliar untuk jalan toll Sumatera & toll laut,
nyatanya hanya 10% saja cair.
Mau komit
bagaimana?
Amerika juga sama,
tidak ada niat baik menyelesaikan masalah Freeport dengan mulus.
Mau komit bagaimana
?
Saya rasa ini hanya
pertimbangan fairly.
Kalau mau
bersinergi, China dan AS harus tunjukkan itikad baik.
"Sekarang
Indonesia, ada atau tidak ada china atau AS pembangunan jalan terus sesuai
agenda.
"Agenda Jokowi
untuk Indonesia", Kata saya.
“Jadi apa usul kamu
?" Kata teman sambil mengerutkan kening.
"Menurut saya,
china selesaikan saja komitment membiayai jalan toll Sumatera dan toll laut,
dalam koridor B2B.
Kemudian AS gunakan
Jepang & Eropa bangun koneksitas Kalimatan & Sulawesi.
Dukung penyelesaian
masalah freeport.
Nah kalau itu semua
sudah selesai, Jokowi akan komit.
Baca juga : Ke 3 kalinya Jokowi ke Blora - Jokowi Resmikan Bendungan Randugunting Kabupaten Blora
Mengapa?
Karena kalau
infrastruktur terbangun, Indonesia juga siap bersaing atas program OBOR nya
China dan Grand Pacific nya Amerika.
Kan tidak mungkin
Indonesia hanya jadi penonton.”
“Wah.. pada saat
itu saya yakin Jokowi akan gagal di Pilpres 2019.
Terlalu banyak musuh."
Apalagi proxy China dan AS ada disemua
Partai Politik di Indonesia.
“Kata teman saya hanya tersenyum. Memang
perjuangan mempertahankan NKRI itu tidak mudah".
Mengapa
?
Musuhnya bukan saja
orang asing tetapi juga dari dalam negeri yang berkedok pengamat, tokoh agama,
politisi & mereka tanpa rasa malu secara vulgar menunjukan keberpihakannya
terhadap asing.
Tidak ada mereka
berdemo memberikan dukungan kepada Presiden dalam upaya nasionalisasi SDA
kita.
Bagi mereka
bagaimana caranya agar agenda asing terkabulkan dan Jokowi jatuh, entah
bagaimana caranya.
Yang penting mereka
dapat uang dan kekuasaan. “Negeri kami merdeka berkat Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa.
Engga ada yang kami
takuti dengan asing apalagi proxy kambing, proxy sapi, proxy kampret, proxy
kadrun.
Karena yang menjaga
kami adalah Tuhan..Allah SWT.
Apakah ada yang
lebih hebat dari Tuhan? “ kata saya.
Tidak ada.
Nah!
...
Terbukti di saat
penghujung tahun kekuasaan priode pertama Jokowi, Blok Mahakam, Blok Rokan dan
divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia selesai dan Jokowi masih bisa
tersenyum tanpa beban menyapa rakyat dengan gaya jenakanya.
Belakangan AS dan
China harus bermanis muka kepada Jokowi agar Indonesia berperan dalam proposal
Indopacific dan tetap saja Jokowi menentukan arah proposal itu sesuai dengan
kepentingan Indonesia.
Sementara gerakan
pressure group semakin kehilangan ide dan pijakan politik.
Beberapa diantara
mereka kini tersangkut kasus pidana dan mungkin ada yang hampir gila karena
ngoceh salah terus.
Pemilu 2019 adalah
panggung Jokowi, untuk periode kedua dengan dukungan penuh dari koalisi partai
yang akan menguasai kursi hampir 70% di DPR.. InsyaAllah !
Alhamdulillah
Jokowi berhasil menjadi Presiden 2 priode !
Wahai anak negeri... Jangan biarkan Jokowi
berjalan sendiri.
Wassalam !!! ###
0 Comments
Post a Comment