INFOKU, BLORA
- Sebagian besar umat muslim di Kabupaten Blora,
Jawa Tengah, masih sibuk dengan acara Lebaran 2023.
Pada H+1 Lebaran 2023, bersilaturahmi, memohon maaf kepada orang tua dan keluarga masih mewarnai nuansa hari kemenangan setelah puasa Ramadan 1444 Hijriah.
Sungkeman pada Idulfitri 1444 Hijriah masih dilakukan oleh masyarakat
Kabupaten Blora sebagai tradisi turun-temurun.
Para pemudik yang telah tiba di kampung halaman, bersama anggota keluarga
yang lain, melakukan sungkeman, mulai dari anak kepada orang tua atau yang
dituakan.
"Alhamdulillah, di Lebaran tahun ini kami sekeluarga bisa
kembali berkumpul, sungkem pada orang tua, Bapak, Ibu, Paman dan Kakak serta
saudara yang lain," kata Mughnii yang mudik ke rumah orang tuanya dan
merayakan Idulfitri di Blora, Minggu (23/4/2023).
Hal senada diungkapkan oleh Pasangan Muda Andy dan Rizky Amalia, salah satu
warga Kauman, Blora.
"Senang, bersyukur, bisa bertemu langsung dengan orang tua, menjadi
berkah Lebaran tahun ini, Alhamdulillah, semoga semuanya diberikan
kesehatan dan panjang umur. Amin," Rizky.
Dari berbagai sumber menyebutkan tradisi sungkeman dilakukan oleh anak
kepada orang tua atau keluarga yang dituakan. Biasanya sebagai bentuk bakti
sang anak pada orang tua atau menghormati orang yang dituakan.
Tata cara sungkeman Lebaran yang umum dijumpai di masyarakat Indonesia
adalah dengan cara bersimpuh dan mencium tangan.
Baca juga : ASN, TNI, Polri, Kades, Perades, Harus Mundur bila Nyaleg
Sementara itu Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi sungkeman asal
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora, mengungkapkan secara umum, sungkeman
adalah proses saling memaafkan yang dilakukan orang yang lebih muda ke yang
lebih tua.
"Sungkeman yang dilakukan saat Idulfitri memilih pengertian memohon maaf atau nyuwun ngapura. Istilah ngapura sendiri berasal dari bahasa Arab 'ghafura' yang artinya pengampunan," terangnya.
Menurutnya, tujuan dari kebiasaan ini adalah untuk memuliakan orang tua.
Dari berbagai sumber menyebutkan, konon, kebiasaan sungkeman ini berasal dari tradisi Jawa yang dibawa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegara I dari Kraton Solo. (Roes/KOM)
0 Comments
Post a Comment