INFOKU, BLORA
– Pemakaian pupuk organik secara mandiri perlu
digencarkan.
Perlu ada konsep dan dorongan agar petani beralih memproduksi pupuk nonkimia tersebut.
Potensi pupuk organik terbuka mengingat Blora menjadi sentra peternakan
sapi yang bisa menghasilkan pupuk kompos atau organik.
Dorongan ini upaya membantu petani mengurangi ketergantungan pupuk subsidi.
Sebab, para petani kebingungan mencari alternatif lain. Terutama, setelah
kuota pupuk subsidi dari pusat terus berkurang.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Bersama (Gapoktan) Blora Yusuf Nurbaidi
mengapresiasi upaya pupuk organik agar petani mengurangi ketergantungan pupuk
bersubsidi.
Baca juga : Pasar Induk Cepu akan Dibangun 272 Los, Pedagang Mulai Diajak Rembuk
Serta menjadi alternatif ketika pupuk kimia dari pemerintah pusat seperti
urea, nitrogen fosfor kalium (NPK) dikurangi kuotanya.
Sebelumnya, keluhan ketersediaan pupuk juga disampaikan saat musyawarah
rencana pembangunan (musrenbang) kabupaten beberapa hari lalu.
“Keunggulan pupuk organik membantu menyuburkan tanah. Di sisi lain pupuk
kimia ini justru berpengaruh terhadap kerusakan unsur tanah. Misalnya, di
wilayah Cepu tanahnya sudah rusak,’’ jelasnya.
Sesuai instruksi Bupati Arief Rohman, seluruh gapoktan di Blora
membuat pupuk organik dari kotoran sapi sendiri mengingat Blora kaya ternak
sapi.
Apalagi, produksi pupuk organik secara mandiri beserta penggunaannya mulai
digeliatkan sejumlah universitas di Indonesia.
Selain itu, terhitung jumlah ternak sapi di Blora sekitar 278 ribu ekor.
Tentu, menjadi potensi produksi pupuk organik.
Baca juga : Silpa Rp 195 Miliar, Penyerapan Anggaran OPD Di Blora Rendah
“Segala aspek sudah mulai mendukung. Hanya, perlu menyadarkan masyarakat,
bagaimana mengubah pola pikir para petani segera bisa mempergunakan pupuk
organik ini,’’ jelasnya kemarin (21/3).
Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Gundala
Wejasena mengatakan, sudah saatnya para petani tidak menggantungkan pupuk
subsidi dari pemerintah. Tetapi harus bisa mandiri membuat pupuk organik dari
kotoran sapi. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment