INFOKU, BLORA – Keresahan
petani di Blora mulai tampak, karena jumlah Pupuk bersubsidi semakin berkurang.
Merata di sejumlah wilayah karena kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan).
Awalnya ada enam jenis pupuk subsidi yang
dialokasikan. Kini, sisa dua pupuk yakni urea dan nitrogen, fosfor, kalium
(NPK).
Tentu, menyebabkan petani beralih ke pupuk nonsubsidi
yang harganya lebih mahal.
Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan
(DP4) Blora Gundala Wejasena berupaya meningkatkan penggunaan pupuk organik.
Baca juga : Awas .... ETLE Drone Poltas Siap Pantau Pengendara Nakal
Pengurangan pupuk subsidi sudah diatur Peraturan
Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022. ‘’Untuk urea 70 persen dari
kebutuhan dan NPK 40 persen,’’ jelasnya.
Gundala menambahkan, pengurangan ini membuat petani
cenderung membeli pupuk nonsubsidi yang mahal. Gundala menganjurkan untuk
mengolah pupuk organik agar tidak tergantung terhadap pupuk kimia.
“Kualitas pupuk organik juga bagus. Blora sendiri
sudah banyak menggunakan pupuk organik. Misalnya LPP NU sudah mengembangkan
ini,’’ jelasnya.
Menurutnya, penggunaan pupuk organik secara hasil dan
manfaat lebih bagus dibanding pupuk kimia.
Baca juga : Warga Kelurahan Mlangsen Blora Khawatir Rumahnya Roboh
Termasuk pelatihan kelompok tani agar mengembangkan
pupuk organik.
“Misalnya Kecamatan Jepon sudah punya rumah kompos,’’
ungkapnya.
Terpisah Satya agen atau pedagang pupuk dan alat
pertanian mengatakan, rerata petani memakai pupuk nonsubsidi.
Mahalnya pupuk organik dan kurangnya pemahaman
memproduksi pupuk sendiri menjadi problem mengurangi ketergantungan terhadap
pupuk bersubsidi.
“Kemarin harga pupuk organik yang diperjualbelikan
menyentuh Rp 140.000. Untuk organik atau tidaknya, sebetulnya tergantung
kebutuhan petaninya,’’ ujarnya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment