INFOKU, BLORA – Harga sapi di Blora mengalami
penuruinan drastis pasca merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK).
Peternak dan pedagang sapi mengeluhkan karena harga jual turun. Harga sapi turun dari rerata Rp 15 juta per ekor menjadi Rp 11 juta hingga Rp 12 juta.
Disamping itu, pemkab Blora mentutup
sementara pasar hewan demi pencegahan PMK.
Sebagaimana diberitakan
sebelumnya, hingga Senin (8/1) ada 261 sapi mati di Kecamatan Todanan.
Mu’alif peternak sapi mengakui
awal tahun ini mengalami kerugian akibat PMK. Turunnya harga sapi ini
mengkhawatirkan peternak sapi meski tidak terlalu drastis.
“Saya anggap tidak parah secara
harga. Tapi virus ini merebak keseluruh ternak sapi di Blora. Terparah di
Kecamatan Todanan,’’ jelasnya.
Menurut dia, sapi mati karena
terkontaminasi dari kandangnya sendiri. Beberapa anak sapi mati karena belum
kuat memerangi virus yang menyebar.
Sementar Sutikno salah satu
pedagang mengatakan, terdapat sapi yang sampai tidak laku sesuai harga pasaran
normal.
“Kemarin ada yang dijual Rp 10
juta saja masih tidak laku,’’ ungkapnya.
Sarni, salah satu warga berjualan
minuman di area pasar hewan juga merasakan dampak dari virus PMK terpaksa
ditutup sementara.
“Jadinya sepi. Saya tidak jualan
sapi juga rugi dan merasa kasihan para peternak,’’ ungkapnya.
Baca juga : Silpa Rp 195 Miliar, Penyerapan Anggaran OPD Di Blora Rendah
Terpisah, Joko Hadi Susilo akademisi
ekonomi mengatakan, secara ilmu ekonomi, kualitas dan kesesuaian suatu produk
sangat memengaruhi pembelian konsumen.
“Semakin tinggi kualitas produk
memengaruhi harga,’’ jelasnya.
Hal ini berbanding terbalik
kondisi hewan ternak sapi saat ini akibat adanya virus PMK. Satu sisi, peternak
hewan sapi tidak ingin mengalami kerugian, tetapi sapi yang dijual tidak
mempunyai kualitas baik.
“Akibatnya jumlah penawaran semakin banyak dan permintaan hewan ternak sapi menurun berdampak harga relatif rendah,’’ tambahnya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment