INFOKU, BLORA - Petani di Desa Sidorejo di Kecamatan
Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, kini mulai beralih dari pertanian
konvensional yang menggunakan bahan kimia menuju pertanian organik.
Peralihan tersebut tidak terlepas dari pendampingan yang dilakukan oleh Pertamina dengan program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) atau pertanian organik.
Abdul Muiz, salah satu petani yang
beralih ke pertanian organik mengatakan pendampingan yang dilakukan oleh
Pertamina sangat membantu dirinya dalam bercocok tanam.
Ia semakin paham tentang pertanian
organik yang baru dilakukannya sekali ini.
“Ya tentunya lebih tahu teori-teori
tentang bertanam. Kalau dulu konvensional pokoknya ikut-ikutan enggak pakai
teori. Lha sekarang kan menggunakan teori berdasarkan pelatihan,” ucap Muiz
kemarin.
Pria 62 tahun tersebut mengungkapkan
keinginannya beralih melakukan pertanian organik agar tidak ketergantungan
dengan unsur kimia.
Selain itu, di usianya yang sudah tidak
lagi muda semakin menyadarkannya agar lebih mementingkan faktor kesehatan.
Baca juga : Stok Pupuk Kurang, Walau Harga Mahal Petani Tetap Beli
Meski baru pertama kali panen dengan
menggunakan sistem organik, ia mengaku sudah banyak manfaat yang diperolehnya.
“Rasanya beras lebih enak, harganya juga
lebih tinggi, hampir dua kali lipat,” kata dia.
Menurutnya, beras hasil pertanian
organik dihargai lebih tinggi dari pada beras hasil pertanian kimiawi.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, ongkos
produksi juga lebih irit bila dibandingkan dengan kimiawi.
Sebab, para petani organik juga lebih
mudah membuat dan mendapatkan pupuk dari bahan organik.
"Yang bayar itu hanya traktor dan
tandur (tanam). Ongkos produksi kalau konvensional itu bisa mencapai Rp 3
juta.Kalau organik paling sekarang Rp 1 juta, karena dibuat sendiri, semprot
buat sendiri, pestisida buat sendiri, jadi iritnya di situ," terang dia.
Baca juga : Ketua Apdesi Akui Data Bansos Belum Sinkron, Muncul Gesekan Masyarakat
Dengan adanya pendampingan dari
Pertamina, Abdul Muiz berharap semakin banyak petani yang beralih ke pertanian
organik.
"Harapan saya ya tidak hanya
kelompok-kelompok kami yang sudah dilatih saja yang bertanam organik, mestinya
ya lingkungan luas masyarakat sekitar juga ikut," harap dia.
Sementara itu, petani organik lainnya,
Sunaryo mengaku dirinya sudah melakukan pertanian organik sebelum ada
pendampingan dari Pertamina.
Namun, pada saat dirinya bertani
organik, tidak banyak rekan seprofesinya yang berani untuk melakukan hal
serupa.
"Sebenarnya permasalahan petani itu
kurang yakin dengan organik. Beberapa permasalahan mungkin hasilnya, lalu untuk
penjualannya," kata
dia. Kemudian, setelah adanya pelatihan
tersebut, para petani sebelumnya khawatir perlahan-lahan yakin dengan manfaat
yang didapatkan dengan bercocok tanam seperti itu.
Baca juga : DPRD Soroti Kelangkaan Pupuk, Dinas P4 Blora Bantah Data RDKK Bermasalah
"Dengan adanya pendampingan dari
Pertamina ini juga saya sangat terbantu. Akhirnya banyak orang mengerti bahwa
dengan organik itu petani lebih banyak diuntungkan," ujar dia.
Keuntungan yang didapat dari proses pertanian organik tentu saja, para petani tidak tergantung dengan keberadaan pupuk kimia. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment