INFOKU, BLORA – Penjualan pupuk subsidi
ditemui melebihi harga eceran tertinggi (HET) menjadi permasalahan pertanian
masih membelunggu para petani daerah.
Selain itu, masalah ketersedian pupuk subsidi dan rencana detail kebutuhan kelompok (RDKK) perlu dibenahi.
Koordinator Gabunagan Kelompok
Tani Hutan Blora Selatan (GKTHBS) Exi Agus Wijaya mengatakan, petani di
lapangan merasa pembelian pupuk subsidi terlalu mahal, seperti para petani di
Ngaliron, Kalisari, Temetes, Jatiklampok.
Para petani mengeluhkan pupuk
subsidi seharusnya bisa dibeli Rp 112.509 per karung, ternyata harus ditebus
nilai lebih tinggi. Yakni Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.
“Di lapangan para petani
berteriak, banyak menjual pupuk di atas HET,” jelasnya kemarin (8/11).
Baca juga : Ganjar Minta Kepala Daerah Tidak Asal-asalan terkait Inflasi
Baca juga : Cara Mendapatkan Set Top Box Gratis dari Pemerintah
Hal itulah mendorong beberapa
kelompok tani melakukan audiensi dengan DPRD dan pemerintah di ruang paripurna
dewan kemarin (8/11).
Gabungan kelompok tani (gapoktan)
itu memaparkan beberapa poin permasalahan membelenggu petani di daerah.
“Kami mencoba menggunakan hak
konstitusional sharing kepada pemangku kebijakan,” jelasnya.
Menurut Exi, kurangnya stok pupuk
subsidi mengharuskan petani tidak ada pilihan. Meski harga mahal tetap dibeli.
Baca juga : Pengurus Baru Ditarget Optimalkan Zakat Diatas Rp 1 Milyar/bulan
Kemiskinan petani ridak disebabkan
hama tikus saja, tapi tataniaga tidak berpihak petani.
“Jadi aneh kalau pemangku kebijakan tidak tahu ada pupuk dijual melebihi HET. Itu tidak peduli atau bahkan ikut dalam bagian sistem tata niaga pendistribusian pupuk yang tidak adil ini. Kami butuh tindakan nyata, bukan sekadar retorika,” tegasnya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment