INFOKU, BLORA - Kenaikan cukai sigaret kretek
tangan (SKT) sebesar 5 persen membuat para buruh dan perusahaan rokok
cemas, Sebab bisa berdampak pada pengurangan produksi dan sekaligus pekerja.
Selain itu, kenaikan cukai tidak
berdampak pada kenaikan harga tembakau.
Ketua Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan, Minuman (FSP RTMM-SPSI) Blora Mahmudah mengaku cemas dengan kenaikan cukai rokok sebesar 5 persen untuk SKT.
Karena tahun depan berdampak pada
pengurangan buruh pabrik tempatnya bekerja.
“Sebagai buruh kami khawatir ada
pengurangan pekerja, sebab ketika cukai naik, pabrik akan mengurangi produksi,
otomatis pekerja dikurangi,” ungkapnya.
Mahmudah berharap tidak ada
pemutusan kerja dari perusahaan kepada buruh rokok. Sebab, sebagian besar pekerjanya
perempuan, dan menjadi tulang punggung keluarga.
Baca juga : Kasus Perceraian Didominasi Pasangan Muda Blora
Sementara itu Perwakilan Pabrik
Tembakau PT Unggul Jaya Jepon Sugiharti mengungkapkan, kenaikan cukai bisa
memengaruhi pengurangan produksi, tentu jika produksi berkurang akan berdampak
pada karyawan. Namun, untuk saat ini masih belum mengambil kebijakan.
“Kalau produksi turun otomatis
terget kami juga turun, bisa juga efeknya pegurangan karyawan juga,” ujarnya.
Sugiharti mencontohkan, sebagai
mitra penentuan target produksi dari Surabaya, target untuk saat ini 700 boks
bisa berkurang jadi 500 boks. Yang menjadi beban bagi perusahaan adalah ketika
produksi turun sedangkan masih pekerja masih sama dengan gaji yang tidak boleh
dikurangi.
Baca juga : Banyak Perangkat Desa Lulusan SMA, RPL Diskema Subsidi
“Kalau target turun garapananya
berkurang, jika satu hari karyawan bisa menyelesaikan 700 boks saat terjadi
pengurangan target dari mitra 500 boks, tapi upahnya tidak boleh turun,
pembengkakan kami dari upah, karena upah tidak boleh berkurang,” terangnya.
Kenaikan cukai juga disinggung
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Blora Larso mengungkapkan,
kenaikan cukai akan berdampak pada petani tembakau.
Sebab, harga tembakau tidak turut
terkerek. Pembelian dari perusahaan di petani juga diprediksi turun.
Baca juga : Baru Sebanyak 4.495 Jiwa di 8 Desa Menikmati Jargas
“Harganya sama saja, tidak
berdampak, tentu perusahaan juga akan mengurangi pembelian di petani karena
produksi berkurang,” jelasnya.
Larso dengan tegas menolak
kenaikan cukai pada setiap tahunnya. Sebab, petani juga dirugikan, terlebih
pertanian tembakau pada musim hujan seperti saat ini kurang baik untuk
pertumbuhan tembakau. Banyak petani yang gagal panen.
“Sebagian besar petani untuk musim hujan seperti sekarang ini bayak yang gagal panen,” tutunya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment