Bali Sangat Jauh Berdeda Dengan Blora, Apdesi Sorot DLH Kunker di Bali

 

INFOKU, BLORA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) belum bisa menggerakkan semua desa untuk kelola sampah. Sehingga, pengelolaan sampah di desa dilakukan secara bertahap.

Bahkan, kunjungan kerja di Bali untuk mencari referensi pengelolaan sampah mendapatkan sorotan. Karena dinilai kurang tepat dan tak efisien.

Menurut Ketua Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Blora, Agung Heri Susanto, untuk studi tiru pengelolaan sampah perlu melihat kondisi wilayah, Blora belum menjadi destinasi wisata mancanegara.

Menurutnya Blora sangat berbeda dengan Bali, banyak turis yang berkunjung.

“Jika studi tiru disamakan tentunya harus relevan dengan wilayah Blora, tidak bisa disamakan dengan Bali, semestinya jangan terlalu jauh,” ujarnya.

Ia mencontohkan di Panggungharjo, Bantul, Jogjakarta, pengelolaan sampah sudah cukup baik.

Dengan menggerakkan ibu-ibu rumah tangga. Sebab, sampah di desa banyak dihasilkan dari dapur ibu-ibu.

Baca juga : Ketua Apdesi Akui Data Bansos Belum Sinkron, Muncul Gesekan Masyarakat

“Kalau ibu-ibu ini bisa digerakan, akan menambah perekonomian juga, pasti akan antusias,” jelasnya.

Agung juga mempertanyakan program TPS 3R yang dilakukan di desa-desa bantuan dari pemerintah pusat. Sebab, tahun ini belum ada tindak lanjutnya.

“Kami belum mendapat informasi sudah diterapkan atau belum,” terangnya.

Kepala Dinas DLH Blora Istadi dalam keterangannya pada media mengatakan, studi tiru tersebut diproyeksikan di lima desa yang sudah dipersiapkan dan berminat meniru program desa di Bali.

Lima desa itu yakni Desa Tambahrejo, Kecamatan Blora Kota; Desa Wadu, Desa Ngraho, Desa Bajo, Kecamatan Kedungtuban; dan Desa Gondel, Kecamatan Kedungtuban.

Baca juga : Ganjar Minta Kepala Daerah Tidak Asal-asalan terkait Inflasi

“Desa tersebut nanti disurvei terkait apakah nanti memenuhi kriteria untuk kami terapkan, sehingga lebih tepat merencanakan program, jadi sifatnya baru desa prapercontohan,” jelasnya.

Istadi menambahkan, penguraian masalah sampah di hulu masih terkendala kesadaran masyarakat.

Ia membandingkan dengan Badung, masyarakatnya sadar dengan pengelolaan sampah yang terintegrasi.

“Sebab Bali terkenal dengan wisatanya, sehingga masyarakat peduli, karena berdampak pada wisatawan,” tuturnya. (Endah/IST


Post a Comment

0 Comments