INFOKU, BLORA - Soekirno, seorang
Kepala Desa Ngampon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah meminta maaf
di hadapan warganya karena diduga melakukan pungutan liar (pungli) bantuan
langsung tunai bahan bakar minyak (BLT BBM).
Peristiwa tersebut disaksikan oleh tim sapu bersih pungutan liar (saber pungli) yang terdiri dari pihak kejaksaan, pihak kepolisian, aparat TNI, dinas pemberdayaan masyarakat dan desa (PMD) kabupaten Blora, hingga jajaran inspektorat di Balai Desa Ngampon pada Selasa (4/10/2022).
Soekirno menjelaskan
pihaknya dianggap oleh dinas PMD telah memotong BLT BBM untuk keperluan periksa
kesehatan.
Sebab, sewaktu
pembagian BLT BBM pada 15 September 2022 lalu, juga berbarengan dengan kegiatan
posbindu (pos binaan terpadu) di balai desa tersebut.
"Bu Yayuk Kepala
PMD bilang kalau di sini dicurigai memotong BLT untuk keperluan periksa
kesehatan," kata Sukirno saat ditemui wartawan di balai desanya, Selasa
(4/10/2022).
Baca juga : Ganjar instruksikan Sikat Saja Pemotong BLT
Menurutnya, setiap
ada kegiatan posbindu, warga yang merasa kondisi tubuhnya tidak sehat,
berbondong-bondong mendatangi balai desa untuk memeriksa tubuhnya.
"Padahal yang
periksa itu tidak hanya warga yang mendapatkan BLT, yang datang untuk memeriksa
kesehatan ya warga-warga yang badannya kurang enak," terang dia.
Pada waktu itu,
Soekirno juga tidak berada di balai desa dan sedang berada di Rembang untuk tes
meningitis.
Baca juga : Lagi,... Oknum Pemotong Penerima BLT DD di Desa Keser Segera Dipanggil Polisi
Meskipun dirinya
merasa tidak melakukan pungli, tetap saja ia meminta maaf kepada warganya dan
menerima surat teguran dari pihak inspektorat.
"Ya biasa memang
resiko kepala desa, mau ada baik atau jelek itu tetap nama kepala desa dibawa,
memang saya akui salah, kok ada kegiatan itu saya enggak ada di tempat,"
ujar dia.
Sementara itu, salah
seorang keluarga penerima manfaat (KPM) bernama Mariyah mengatakan dirinya
mendapatkan BLT BBM secara utuh.
"Tidak ada
potongan uang BLT BBM," ucap dia.
Baca juga : Kepala Dinsos : Pelakunya Pemotongan BLT, Istri Salah Satu Kadus (kepala dusun)
Dirinya pun mengakui
waktu itu memang membawa uang Rp 15.000 untuk memeriksa kondisi tubuhnya karena
bertepatan dengan kegiatan posbindu.
"Tiap bulan saya
ikut posbindu, bayar Rp 15.000, dan warga yang ikut posbindu bawa uang sendiri
dari rumah," kata perempuan berusia 71 tahun tersebut.
Dalam kesempatan itu, selain menyaksikan permintaan maaf, pihak inspektorat juga memberikan surat teguran kepada kepala desa tersebut.(Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment