INFOKU, BLORA – Tak bisa
dipungkiri banyaknya bantuan sosial (bansos) yang sampai di desa menjadi
masalah perlu diurai.
Sebab, kesesuaian
data penerima seringkali berbeda, sehingga timbul gesekan saat penyaluran di
masyarakat.
Selain itu, kepala desa (Kades) berharap ada sinkronisasi data desa dengan data dimiliki kementerian.
“Seperti Kementerian
Desa sebelumnya ada pendataan SDGs desa, data sebelumnya direkap hingga saat
ini informasinya belum disinkronkan dengan DTKS (data terpadu kesejahteraan
social) dari Kementerian Sosial. Kami berharap semestinya ada sinkronisasi,”
kata Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi)
Agung Heri Susanto.
Penyaluran bansos
berujung kegaduhan, menurut Agung, beberapa temuan seperti terjadi iri jika
masyarakat tidak menerima bantuan.
Baca juga : Terbukti Palsukan Surat Seleksi Perades, Dua Kades Divonis 5 bulan Penjara
Ia mencontohkan BLT
DD (bantuan langsung tunai dana desa) diperuntukkan bagi warga terdampak
Covid-19 dan belum menerima bantuan dari Kemensos seperti BPNT (bantuan pangan
nontunai) dan PKH (program keluarga harapan).
“Semua merasa
terdampak Covid, yang terjadi iri di masyarakat karena saling merasa terdampak.
Saya terdampak kok tidak dapat,” jelasnya menirukan keluhan warga.
Menurutnya, hal itu
bisa menjadi pertimbangan Kades mengambil kebijakan pemerataan bantuan BLT DD.
Baca juga : Kepala Dinsos : Pelakunya Pemotongan BLT, Istri Salah Satu Kadus (kepala dusun)
Baca juga : Aksi Demo Emak-Emak di Todanan Blora Minta Tutup Tempat Karaoke
Karena yang tercatat
sebagai KPM BLT DD terbatas. Sedangkan, semua merasa terdampak Covid-19.
Terkait pendataan
penerima BLT DD, pemdes bersama BPD menentukan kriteria dengan musyawarah desa
(musdes).
Kades Sidorejo Kecamatan Kedungtuban berharap ketika ada pendataan kemiskinan baik Badan Pusat Statistik (BPS) agar berkoordinasi dengan desa. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment