INFOKU, BLORA - Kepala Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Dewandaru Ariadi Widiawan menjelaskan mengapa
Bandara Ngloram belum ada penerbangan.
Alasan menurutnya, otorita Bandara Ngloram masih fokuskan dua permasalahan, yakni pasar atau market dan airline.
Bandara Ngloram
sebenarnya marketnya sudah ada dan terbentuk. Bisa dilihat dari pax
(passanger/penumpang, Red) pesawat Citilink sebelum Bandara Halim Perdanakusuma
tutup, penumpang rata- rata terisi 60 persen.
“Bahkan, orang Cepu
pernah beberapa kali nggak dapat tiket,” klaimnya.
Ariyadi menjelaskan,
usaha terus dilakukan, Dia diinstruksikan dirjen perhubungan membuka rute ke
Bandara Pondok Cabe, Tangerang, koordinasi dengan Wings Air. Dan tercapai pada
5 Agustus lalu. Namun, saat itu, menurutnya, momennya belum tepat.
Baca juga : Lahan TKD 3.700 Meter Untuk Perluasan Bandara Diusulkan Pemdes Ngloram
Ariyadi menceritakan,
presiden meminta menteri menurunkan harga tiket pesawat, akhirnya dengan harga
sekitar Rp 1,6 juta sekian, turun dari awalnya Rp 1,8 juta.
Namun, daya belinya
masih rendah, karena melihat dari Bandara Solo harga tiket sekitar Rp 700 ribu
hingga Rp 800 ribu.
Pihaknya sudah
diperintahkan Dirjen Perhubungan koordinasi dengan pemda, dan bersama bupati
mempersiapkan pasar. Bupati juga menghubungi kepala daerah sekitar Blora.
“Terus juga nanti
sudah ada surat dari pak dirjen untuk membantu pengisian pax penumpang dari
Bandara Ngloram, surat itu untuk se Indonesia,” ungkapnya.
Ariadi juga mengaku, Pihaknya
juga sudah ke PPSDM Migas. Ternyata PPSDM menanyakan kapan pesawat bisa terbang
dari Bandara Ngloram.
Baca juga : Menhub Minta Pemda Blora Subsidi Harga Tiket
“Makanya ini harus connect,
antara pesawat dengan pasar. Bandara Ngloram ini ada sih pax-nya. Kami lihat di
PPSDM itu banyak,” jelasnya.
Pihaknya meyakini
dibukanya penerbangan lagi, nantinya akan berdampak investasi.
Banyak pejabat datang ke Blora, otomatis perkembangan ekonomi akan bagus. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment