INFOKU, BLORA – Setelah 2 tahun
libur akibat pandemi Covid-19, akhirnya tradisi
tahunan Ruwat Agung oleh Sedulur Sikep tiap Suro kembali digelar.
Tahun ini, kembali dilaksanakan di Pendapa Dukuh Karangpace, Desa Kolopoduwur, Banjarejo, Blora, kemarin malam.
Kegiatan itu, diisi
dengan tumpengan maca raga dengan diikuti seratusan warga Sedulur Sikep beserta
tokoh agama dan tokoh adat.
Ini sebagai bentuk
syukur kepada Tuhan, karena masih diberi keselamatan, umur panjang, serta
menjalin silaturahim di bulan Suro.
Bahkan, beberapa
Sedulur Sikep melakukan tirakat dengan laku deder dan puasa ngrowot selama
beberapa hari.
”Setiap bulan Suro,
beberapa Sedulur Sikep ada yang melaksanan tirakatan laku deder dan ngrowot.
Tujuannya memohon keselamatan kepada Tuhan,” kata Lasiyo, tokoh Samin Sikep
Engkrek Karangpace.
Baca juga : Jadikan DBH Minyak Bumi, dan Gas Alam Urat Nadi Pembangunan Blora
Lasiyo dan tokoh
agama dari desa itu, memimpin acara tumpengan maca raga. Tumpeng dibuat oleh
beberapa warga setempat dan sejumlah pejabat Blora.
”Sedulur-sedulur ini
punya niat, membuatkan sesaji kepada sedulur yang lahir pada tunggal hari,”
ucap Lasiyo saat memulai memimpin doa dalam bahasa Jawa.
Di sela-sela acara,
terdapat prosesi memercikkan air kembang kepada semua warga yang hadir di
hajatan. Proses itu dilakukan Wahini, istri Lasiyo.
Baca juga : Lho PAD Kabupaten Blora Bergantung pada Banyaknya Orang Sakit
Dengan harapan agar
semua yang hadir diberikan keselamatan dan keberkahan dari Tuhan. Hal itu juga
mengisyaratkan bahwa seorang ibu adalah sosok yang penuh cinta kasih dan harus
dihormati.
Usai prosesi hajatan,
dilanjutkan dengan acara seremonial dan pertunjukan wayang kulit dengan
menampilkan Ki Dalang Sindhunata Gesit Widiharto dari Semarang. Lakon yang
dibawakan berupa ”Semar Mbangun Khayangan”
Baca juga : Terkait Tes Perangkat Desa, Kades Beganjing & Kades Nginggil Diadili
Kepala Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora Kunto Aji dalam
kesempatan itu menyampaikan apresiasi kepada semua warga Sedulur Sikep.
”Saya secara pribadi
dan kedinasan mengapresiasi terselenggaranya acara ini. Suran atau acara di
bulan Suro ini, menjadi tren yang sangat luar biasa. Sebagai momentum untuk
silaturahim sekaligus konsolidasi,” ucapnya.
Sedangkan pertunjukan wayang kulit yang digelar, diharapkan dapat memberikan edukasi sebagai tontonan, tuntunan, dan tatanan. ”Harapannya, ke depan warga senantiasa mendapatkan karahayon (kebahagiaan) dan kesejukan,” harapnya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment