INFOKU, BLORA - Ditemukannya kembali
fosil purba di Desa Kapuan Kecamatan Cepu Kabupaten Blora membuktikan di
wilayah setempat dan sekitarnya mengandung tinggalan budaya fauna.
Hal itu disampaikan oleh Haris Rahmanendra selaku Koordinator Tim Penelitian Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dalam sarasehan Pelestarian Cagar Budaya Situs Kapuan Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, Jumat (22/7/2022).
Sarasehan diselenggarakan
di rumah Joko Purnomo, relawan cagar budaya di Desa Kapuan setelah Tim BPSMP
Sangiran melakukan survei (delineasi) dan ekskavasi (penggalian) selama 12
hari.
“Jadi kegiatan ini
yang ketiga kalinya, yang pertama tahun 2019, kemudian kedua tahun 2021 dan
2022 ini yang ketiga.
Iya benar, sudah
ketiga kali, dari hasil kegiatan yang sudah kita lakukan selama ini membuktikan
bahwa Desa Kapuan dan sekitarnya itu, ada beberapa lokasi lain di sekitarnya,
itu mengandung tinggalan budaya fauna,” ucapnya.
Dikatakannya, hampir
sama dengan kegiatan di tahun sebelumnya, yakni selama 12 hari, ada survei,
ekskavasi (penggalian) dan sarasehan.
“Jadi ada dua tim, yang saya maksudkan survei adalah survei delineasi, dalam hal untuk menetapkan cagar budaya, kemudian ekskavasi atau pembukaan kotak yang kita namai TP3 KPN2022 di Kedung Wedus Desa Kapuan,” jelasnya.
Baca juga : Terkait Tes Perangkat Desa, Kades Beganjing & Kades Nginggil Diadili
Untuk yang
diekskavasi, ada 15 temuan, 10 di antaranya tulang. Beberapa tulang tersebut
diidentifikasi.
“Ada satu tulang jari
dari Rhino (Badak). Ada tulang kaki dari rusa dan gigi babi, setidaknya ada
tambahan temuan. Kalau kita bicara Kapuan, maka sampai Kedung Wedus. Dari
kegiatan 2019 dan 2021, begitu banyak tinggalan fauna di Desa Kapuan
sebelumnya, ada gajah purba, ada kuda nil, kerbau, rusa, banteng serta buaya
dan banyak lainnya,” terangnya.
Serta sejumlah temuan
di Kracakan (Bengawan Sore), sehingga kata Haris, penting untuk dilindungi.
“Untuk survei
delineasi ada yang perlu kita pertimbangkan, satu, terkait sebaran temuan, dua
Litologi atau lapisan tanah, ketiga, terkait kepemilikan, keempat terkait
keterancaman. Kita juga melakukan JPS,” tambahnya.
Dari kegiatan yang
ketiga kalinya dilakukan, kata dia, diharapkan bisa memberikan sesuatu untuk
Kapuan, memberikan data untuk Dinas atau Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
“Silahkan mungkin ada
bentuk kegiatan lain untuk mematangkan ini,” ucapnya.
Di awal sarasehan,
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar)
Kabupaten Blora Kunto Aji melalui Kepala Bidang Kebudayaan Budi Riyanto yang diwakili Sub Koordinator Kesejarahan dan
Purbakala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Eka Wahyu Hidayat menyampaikan
apresiasi atas dilaksanakannya penelitan Tim BPSMP Sangiran selama 12 hari
(tanggal 4 hingga 23 Juli 2022).
“Selaku perwakilan
dari Dinporabudpar mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya, karena kami
selalu dibantu tiga kali berturut-turut, mungkin hanya Tuhan Yang Maha Esa yang
bisa membalasnya, karena kegiatan seperti ini sangat penting bagi kami,” ungkap
Eka.
Dikatakannya, apapun,
kegiatan riset seperti ini akan menjadi pencerahan bagi daerah sehingga
diharapkan akan selalu berkelanjutan.
Hal senada
disampaikan Kepala Desa Kapuan Hariyono yang diwakili Fili Andika, selaku
perangkat desa Kapuan.
Baca juga : Kades Beganjing & Kades Nginggil Diadili, Terkait Seleksi Perades
“Harapan dari Kepala
Desa Kapuan, semoga di kedepannya, antara tim Sangiran dan Desa Kapuan, begitu
juga dengan Pemkab Blora bisa bekerja sama untuk melakukan
penelitian-penelitian yang nantinya berdampak baik untuk desa Kapuan,” ucapnya.
Pada kesempatan yang
sama, tim ahli penelitian Andri Purnomo dari Departemen Arkeologi Universitas
Indonesia, Jakarta, menyampaikan ada banyak tema yang kedepannya bisa
dikembangkan, di luar apa yang sudah dilakukan tim peneliti BPSMP Sangiran
(Haris dkk) yang telah dirintis selama ini.
“Sehingga bagaimana
keinginan kita bersama dari pihak Pemkab Blora, dari pihak desa Kapuan, dari
masyarakat dan seluruh komunitas, bagaimana mengembangkan menjadi sesuatu yang
lebih masif, kongkrit. Sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dan tamu
yang hadir di Kapuan,” kata Andri.
Dimana, informasi
yang sudah digali selama ini, terus terang seperti membaca cermin. Cermin dari
lingkungan masa lalu yang kadang-kadang bisa manglingi.
“Sebenarnya kalau
kita lihat jenis tulangnya, itu hewan-hewan dari lingkungan hutan. Sedangkan
kalau dilihat dari lapisan tanahnya, tidak mencerminkan lingkungan hutan,”
ucapnya.
Disarankan, bagi para
relawan atau komunitas yang biasa mengidentifikasi fauna, mungkin bisa terus
diperdalam, meski kesempatan itu tidak semakin besar di tahun mendatang.
Menurutnya, di
kesempatan lain bisa dilakukan secara laboratorium, mungkin bukan ekskavasi,
tetapi lebih memastikan ke arah mana hasilnya yang dapat membantu, memantapkan
hasil delineasi atau zonasi dari wilayah Kapuan ini terkait dengan tinggalan
pra sejarah masa-masa hadirnya manusia purba.
“Intinya kan
dilarikan kesana. Jadi sebisa mungkin kita bisa tahu prioritas mana dari sebuah
lokalitas di Kapuan yang harus benar-benar hati-hati dalam rencana pembangunan
daerah atau desa Kapuan. Ini sambungan dari semua aktivitas yang dilakukan Mas
haris,” ungkap Andri.
Tentu saja, kata dia,
terkait dengan nilai pentingnya, lalu juga terkait dengan kerja dan perhatian
para penduduk dalam menemukan dan melaporkan tinggalan-tinggalan hewan purba
maupun artefak yang kemungkinan dibuat oleh manusia purba, serta peristiwa alam
yang berlangsung sejak dulu kala.
Kaitannya dengan
sungai Bengawan Solo, kaitannya dengan sungai Kapuan, jadi pertimbangan
tersendiri di dalam penentuan prioritas pengembangan pembangunan desa atau
wilayah.
Sarasehan dipandu oleh Dian dari BPSMP Sangiran yang berlangsung sangat representative itu dipungkasi dengan penyampaian pesan dan kesan dari komunitas, FPSBB, MGMP serta TACB. (Setyorini/IST)
0 Comments
Post a Comment