INFOKU, Cepu, BLORA - Hadirnya Bandara Ngloram menjadi pemicu
pertumbuhan ekonomi di sekitarnya mulai terlihat.
Nampak dibangunya Kawasan
permukiman di Kecamatan Cepu tahun ini sekitar 2.403 hektare Namun, jaraknya
dibatasi 15 kilometer (km) dari titik tengah bandara.
Askuri salah satu pekerja bangunan perumahan di Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, mengaku bangunan rumah sedang dikerjakan sudah ada memiliki, yakni dari orang Jakarta.
Sedangkan, pengembang
sekaligus pemilik lahan kaplingan dari warga sekitar.
“Untuk bangunan ini
sudah dimiliki orang Jakarta. Kami hanya ditugaskan membangun sampai selesai,
sistem borongan,” jelasnya.
Menurut dia, Bandara
Ngloram berdampak pada bertambahnya bangunan perumahan di sekitar.
Meskipun, sebelum ada
bandara ia sudah bekerja sebagai buruh bangunan, semenjak ada landasan pacu
pesawat itu, ia merasa lebih banyak kerjaan.
Baca juga : Diduga Korupsi Hingga Milyaran, Pasangan Suami Istri Anggota Polres Blora Ditahan
“Untuk harga tanahnya
kurang tahu. Tapi sudah pasti lebih mahal, dulu saja pas waktu pembebasan lahan
minimal Rp 500 per meternya,” bebernya.
Sementara itu, Kepala
Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Blora Banar
Suharjanto mengemukakan, peruntukan permukiman untuk Kecamatan Cepu berjumlah
2.403 hektare.
Dibagi menjadi
permukiman perkotaan 1.187 hektare dan permukiman pedesaan 1.216 hektare.
“Untuk pengembangan
sekitar Bandara Ngloram, saat ini rencana tata ruang yang mengatur baru RTRW
(rencana tata ruang wilayah) di Perda Nomor 5 Tahun 2021,” jelasnya.
Banar mengatakan,
sekitar Bandara Ngloram direncanakan kawasan pertanian dan permukiman. Rencana
lebih detailnya akan disusun di RTRW Kecamatan Cepu yang disusun tahun ini.
Khusus untuk kawasan
sekitar bandara, ada aturan ketinggian bangunan dalam radius 15 km dari titik
tengah bandara.
“Itu diatur dalam
KKOP (kawasan keselamatan operasi penerbangan). Aturan ketinggain bangunan
terkait KKOP yang mengetahui pihak bandara,” bebernya.
Terkait perubahan luasan permukiman sebelum RTRW
baru, menurut Banar, dimungkinkan ada perubahan skala luasan.
“Saya kira ada perubahan, tapi untuk data pastinya perlu melihat peta RTRW lama,” ujarnya. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment