INFOKU, BLORA - Memang angka
stunting di daerah turun menjadi 21,9 persen, tapi tahun ini menyisakan 48 desa
yang teridentifikasi stunting masih tinggi.
Jumlah tersebut akan
menjadi fokus lahan garap pemerintah daerah tahun ini dengan melibatkan tim di
lapangan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora Mahbub Djunaidi menjelaskan, terdapat 48 desa yang menjadi fokus garapan penurunan stunting.
Sebab, setelah
melakukan analisa lokus stunting, tingkat stunting masih di atas 14 persen.
“Kami lakukan
pemetaan fokus penurunan stunting untuk tahun ini dari data analisis lapangan,”
katanya.
Mahbub mengungkapkan,
dari 48 desa itu tersebar di sepuluh kecamatan. Meliputi, Kecamatan Jati,
Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Banjarejo, Jepon, Blora, Ngawen, dan
Kunduran.
Baca juga : Diduga Korupsi Hingga Milyaran, Pasangan Suami Istri Anggota Polres Blora Ditahan
Sedangkan kecamatan
dengan desa terbanyak stunting ada di Kecamatan Kunduran, dan Kecamatan
Kedungtuban dengan jumlah 8 desa dibandingkan kecamatan lain.
“Selain kecamatan
tersebut ada satu hingga tiga desa,” jelasnya.
Menurut Mahbub,
program itu dilaksanakan dengan menerjunkan tim pendamping keluarga, pendamping
desa, dan petugas di kecamatan. Terutama OPD terkait seperti dinas kesehatan,
dinas sosial, dinas kependudukan dan melibatkan kemenag.
“Kemenag yang nanti akan
memberikan penyuluhan pernikahan dini,” imbuhnya.
Mahbub menargetkan 48
desa menjadi acuan target pengentasan daerah menjadi zero stunting. Salah satu
yang dilakukan dengan memberikan tambahan gizi bagi ibu hamil dan pemberian
vitamin bagi pelajar SMA.
Baca Juga : Kades & Perangkat Bisa Dipecat Langsung Oleh Bupati
“Diberikan vitamin
agar darahnya tidak mengalami gangguan anemia,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua
Tim Penggerak PKK Blora Ainia Sholichah mengungkapkan, pihaknya mendorong
penggerak kade PKK tingkat desa untuk aktif dalam pengentasan stunting.
Menurutnya, kader di
desa telah mendapatkan anggaran dari pemerintah desa (Pemdes).
“Selain itu kami juga
aktif melakukan pendataan dan pengawalan ibu hamil,” ujarnya.
Ainia mewanti-wanti bagi ibu hamil, karena rentan terhadap bayi yang dilahirkan, sehingga pemenuhan gizi saat hamil dan setelah melahirkan perlu dicukupi. “Kami harap jangan sampai ada kasus stunting baru,” tandasnya. (Setyorini/IST)
0 Comments
Post a Comment