INFOKU, BLORA – Akhir akhir ini jelang
Lebaran Ketupat, sebagian besar warga di Kabupaten Blora, Jawa Tengah mulai
berburu dan membeli janur kelapa baik di pasar tradisional maupun yang dijual
keliling oleh pedagang.
Meski situasi pandemi Covid-19 belum dinyatakan aman oleh pemerintah, namun tidak menyurutkan warga setempat merayakan Lebaran Ketupat sebagai tradisi setiap H+7 Idulfitri.
“Setahun sekali, buat
ketupat dan lepet dimakan bersama keluarga dan dibagikan ke saudara. Semoga
setelah kupatan ini, virus corona benar-benar sirna,” kata Murniati, salah
seorang warga Desa Gedongsari, Kecamatan Banjarejo, Jumat (6/5/2022).
Harga janur kelapa,
kata dia, terbilang mahal, karena janur kelapa untuk Lebaran Ketupat di Blora
kebanyakan masih dipasok dari luar daerah kabupaten Blora seperti Rembang,
Lasem, hingga Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
“Satu ikat berisi 50
helai janur harganya Rp20 ribu, sedangkan satu ikat yang terdiri 10 helai janur
harganya Rp5 ribu. Ya tetap saya beli, setahun sekali buat ketupat sayur dan
lepet,” ucapnya.
Sejumlah penjual
seperti di Pasar Desa Gedongsari, Pasar Rakyat Sido Makmur Blora, Pasar
Tradisional Kecamatan Banjarejo, Ngawen dan pasar tradisional lainnya di
Kabupaten Blora, selain menyediakan janur kelapa, juga menyediakan selongsong
ketupat serta tali pengikat lepet.
Baca juga : Model Unik Pos Layanan Pemudik di Blora Pikat Hati Para Pemudik
“Pembeli yang menghendaki selongsong ketupat yang
sudah jadi juga disediakan, harganya Rp 8 ribu dapat 10 buah,” kata Nisa, salah
seorang penjual janur kelapa di Pasar Rakyat Sido Makmur Blora.
Ngarmin, salah
seorang penjual janur kelapa dalam jumlah besar mengemukakan janur kelapa
dibeli dari Pasar Sulang, Kabupaten Rembang.
“Saya berangkat jam
04.00 pagi, kemudian membeli (kulak) janur di pasar Sulang. Dari Pasar Sulang
harganya Rp15 ribu per ikat. Sampai di Blora saya jual Rp20 ribu per ikat
berisi 50 helai janur,” kata pria asal Desa Balong Kecamatan Banjarejo.
Dirinya membeli janur
kelapa dari pasar Sulang lebih kurang 100 ikat diangkut dengan naik sepeda
motor. Kemudian setiba di pasar langsung diserbu pembeli.
“Tidak berani ambil
banyak, Alhamdulillah selalu saja habis dibeli warga dan pejual di pasar,”
tambahnya.
Baca juga : Dugaan Manipulasi Data Guru PPPK Ditemukan BKD Blora
Menurut dia, tetap
saja menjalankan aktivitas musiman untuk menambah penghasilan keluarga.
“Ini sudah saya
jalankan setiap tahun menjelang kupatan. Kalau sekarang masih harus taat pada
aturan. Saya pakai masker dan selalu cuci tangan,” kata dia.
Untuk diketahui kupat
dibuat dari beras, dinikmati dengan sayur kuah santan. Sedangkan lepet dibuat
dari bahan ketan dicampur parutan kelapa dan beberapa ditambah kacang tolo.
“Kupat Kecemplung
Santen”
Beberapa warga di
pedesaan, pada pagi hari Lebaran Ketupat biasanya menggelar hajatan yang
dipusatkan di rumah perangkat desa atau tokoh masyarakat.
Selain itu, beberapa
warga Blora juga berwisata sambil membawa bekal ketupat dan lepet ke pantai
seperti di pantai Kartini Rembang atau di pantai wilayah Kabupaten Jepara.
“Hanya saja, untuk
menghindari kerumunan, maka untuk Lebaran Ketupat tahun ini, dinikmati di rumah
bersama keluarga,” kata Andri, salah seorang warga Desa Gedongsari Kecamatan
Banjarejo.
Istilah ketupat kerap
digunakan untuk parikan pada acara tertentu, misalnya, kupat kecemplung
santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten (kupat dicelup kuah santan,
kalau ada salah mohon dimaafkan).
"Itu menarik, bagian dari kearifan lokal, karena masih dalam suasana lebaran atau di bulan Syawal dan saling bermaafan," ucap Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi kupatan asal Kecamatan Randublatung, Blora. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment