INFOKU, BLORA - Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperingati Hari Air Sedunia yang
dipusatkan di Bendungan Randugunting, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, pada
Rabu (30/3/2022).
Dalam sambutannya,
Wakil Menteri (Wamen) PUPR, John Wempi Wetipo yang mewakili menteri PUPR,
menyebut terdapat sekitar 2,1 miliar orang di dunia hidup tanpa memiliki akses
air.
”Berdasarkan data
yang dirilis oleh United Nation Water (UN Water) masih terdapat sekitar 2,1
miliar orang yang hidup tanpa akses air. Secara global terdapat 80 persen penduduk yang tinggal di area pedesaan masih
menggunakan air dari sumber yang tidak layak,” ujar dia.
Sebagai kebutuhan
vital dan hak asasi bagi kehidupan manusia, air dibutuhkan untuk berbagai hal,
diantaranya domestik, nondomestik, irigasi, energi, flora dan fauna. Namun saat
ini masih terdapat banyak kelompok masyarakat yang belum mendapatkan hak atas
air.
“Selain itu, tidak
kurang dari 68,5 juta orang berada di pengungsian karena bencana alam,
peperangan maupun konflik sosial politik dan mengalami kendala akses air,” kata
dia.
Demikian pula,
kelompok masyarakat seperti perempuan, penyandang disabilitas, pekerja,
anak-anak, pelajar, masyarakat adat dan lainnya masih mengalami krisis
kebutuhan air.
Sehingga perlu
menjaga ketersediaan air tanah untuk masa depan. Untuk menjawab tantangan
tersebut, maka Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
(SDA) melakukan konservasi, revitalisasi, dan digitalisasi terhadap pembangunan
infrastruktur sumber daya air di Indonesia untuk mencapai pembangunan yang
lebih tepat sasaran berdasarkan skala prioritas dan manfaatnya dapat langsung
dirasakan oleh masyarakat.
Video : Presiden Joko Widodo saat Peresmiaan Bendungan Randugunting kab. Blora
“Selain itu,
penyusunan program pembangunan infrastruktur SDA dilaksanakan secara terpadu
dengan pengembangan wilayah, guna menjaga ketersediaan air agar semua penduduk
Indonesia di masa depan mendapatkan akses air tanpa terkecuali,” terang dia.
Peringatan hari air
sedunia kali ini merupakan upaya bersama untuk meningkatkan perhatian publik
dan masyarakat internasional akan pentingnya air tanah bagi kehidupan untuk
selanjutnya bersama-sama melindungi pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan.
Peringatan ini juga
merupakan bagian dari kampanye dari rumah ke rumah untuk meningkatkan kesadaran
akan menjaga air untuk menghindari kerusakan lingkungan.
Lingkungan dan air
yang tidak terawat bisa menjadi musuh. Namun, apabila dirawat dengan baik akan
menjadi kawan. “Perilaku kita terhadap air dan lingkungan akan menimbulkan
reaksi timbal balik perlakuan air dan lingkungan terhadap kita.
Apabila terus terjadi
penebangan liar dan kerusakan lingkungan maka akan terjadi kekeringan dan
banjir,” ucap dia.
Peringatan kali ini juga merupakan momentum untuk mengajak generasi milenial turut berperan aktif menjaga air tanah.
Pelibatan pelajar dan
mahasiswa merupakan langkah nyata kaderisasi pelopor pengelola sumber daya air
di masa depan.
Lebih lanjut, dirinya
berujar pelaksanaan aksi di daerah dan rangkaian kegiatan hari air sedunia yang
telah melibatkan masyarakat, profesional, perguruan tinggi,
kementerian/lembaga, BUMN, swasta, dan Pemda, diharapkan dapat membentuk
pemahaman dan kesadaran masyarakat.
Mereka tidak hanya
memiliki hak sebagai pengguna air, tetapi juga turut andil dan bertanggung
jawab serta wajib memberikan kontribusi dalam memelihara alam dan lingkungan
yang menjadi sumber air.
“Saya berharap,
kedepan tidak berhenti hanya dengan penanaman pohon, karena alam membutuhkan
kita melakukan hal yang lebih dari itu. Kegiatan penanaman pohon harus diikuti
dengan langkah merawat, menumbuhkan, memelihara dan menjaganya. Jadi mulai
sekarang mari kita mulai dengan aksi tumbuhkan pohon,” jelas dia.
Pada kesempatan
tersebut, dirinya menyampaikan Indonesia terpilih menjadi tuan rumah World
Water Forum (WWF) ke-10 Tahun 2024 mendatang.
“Untuk itu kita perlu secara serius bekerja mempersiapkannya,” kata dia. Peringatan Hari Air Sedunia tahun 2022 kali ini mengambil tema ‘MANTAB : Melestarikan air tanah agar berkesinambungan’, yang diadopsi dari tema internasional ‘Groundwater: Making the Invisible Visible’ yang mengandung pengertian "Air Tanah: Membuat yang tidak kelihatan menjadi kelihatan. Tema ini merupakan agenda besar yang diluncurkan pada World Water Forum ke-9 di Senegal pada Maret 2022 yang dikembangkan oleh PBB dan Bank Dunia tentang air.(Setyorini/IST)
0 Comments
Post a Comment