INFOKU BLORA – Kesan mendalam bagi
masyarakat Sedulur Sikep saat Peringatan satu abad perjuangan Samin Surosentiko yang digelar di Pendopo Pengayoman
pada Selasa lalu.
Bahkan acara tersebut
turut dihadiri Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta yang jauh-jauh meninggalkan
wilayahnya di Sumatera Barat.
Memang, dua daerah
ini terkait karena pembuangan tokoh pejuang Samin Surosentiko dari Blora ke
Sawahlunto.
Jejak Samin Surosentiko di Sawahlunto Deri Asta, selaku kepala daerah wilayah Sawahlunto menceritakan jejak keberadaan Samin Surosentiko di daerah yang dijuluki sebagai Kota Arang tersebut.
"Karena di
Sawahlunto ini masih ada keturunan-keturunan keluarga Mbah Samin yang terkumpul
dalam keluarga Dulur Tunggal Sekapal, ini konon katanya yang satu kapal
bersama-sama sampai ke Sawahlunto," ucap Deri.
Berdasarkan informasi
yang didapatkannya, Samin Surosentiko berada di Sawahlunto karena pemerintah
kolonial Belanda sedang melakukan penambangan batu bara yang membutuhkan banyak
tenaga kerja
Pemerintah kolonial
mengeluarkan semacam surat untuk memanfaatkan tahanan di wilayah jajahan agar
melakukan aktivitas penambangan batu bara.
"Salah satunya
tokoh masyarakat di sini Mbah Samin Surosentiko yang termasuk yang ditangkap
dan dijadikan tahanan perang," kata dia.
Dianggap Pemberontak
oleh Kolonial Belanda Tahanan yang berada di pertambangan batu bara di
Sawahlunto merupakan tahanan yang terakhir dan termasuk tahanan yang berat.
"Kalau orang ke
Sawahlunto berarti pelanggarannya menurut Belanda adalah pelanggan berat"
sebut Deri.
Bahkan, Samin
Surosentiko bersama beberapa pengikutnya dijadikan buruh tenaga kerja paksa
untuk menambang batu bara.
Karena dianggap
sebagai tahanan yang berbahaya, ia juga dirantai. Mbah Samin dan para pekerja
tambang lainnya pun hanya diberikan identitas berupa nomor, bahkan sampai
meninggal dunia.
“Pak Samin dengan
delapan orang pengikutnya dibawa ke Sawahlunto dijadikan buruh tambang tenaga
kerja paksa yang disebut dengan orang rantai, orang rantai bekerjanya dirantai
mengambil batu bara di tambang,” jelas dia.
“Tapi karena Belanda
juga takut ini buruh-buruh yang dipekerjakan ini menurutnya orang berbahaya,
pemberontak, itu dirantai, itu adalah sejarah kejam penjajahan pemerintahan
kolonial Belanda,” imbuh dia.
“Dulur Tunggal Sekapal”
Meski demikian,
terdapat perbedaan pola pikir antara penjajah dan masyarakat yang dijajah
tentang apa yang dilakukan Samin Surosentiko.
“Kalau bicara
pelanggaran berat, tentu ada perbedaan pendapat. Kalau menurut Belanda itu
pelanggaran atau pemberontak, kalau menurut kita adalah pahlawan, itu perbedaan
mindset atau pola pikir antara penjajah dengan orang yang dijajah," ujar
dia.
Dulur Tunggal Sekapal
di Sawahlunto Diduga Kuat Bagian Sedulur Sikep Deri mengatakan sampai saat ini,
para keluarga eks pekerja tambang zaman kolonial yang ada di Sawahlunto masih
memiliki kekerabatan dalam bentuk ‘Dulur Tunggal
Sekapal’.
Istilah tersebut
diberikan kepada keturunan Samin Surosentiko dan pengikutnya yang berada dalam
satu kapal saat dipekerjakan di Sawahlunto.
"Ini sejarah
yang kita punya, dan sampai hari ini keluarga pekerja tambang masih ada di
Sawahlunto dalam bentuk kekerabatan dulur tunggal sekapal dan hidup
berdampingan bersama-sama seluruh masyarakat yang ada di Sawahlunto,"
terang dia.
Selain itu, terkait
jejak Samin Surosentiko di Sawahlunto perlu ada kajian yang lebih komprehensif
meskipun sudah banyak buku ataupun literatur sejarah yang berbeda soal sejarah
Samin di Sawahlunto.
Baca Juga : Surat Audit Forensik Tes CAT Perades, Agar Dibuat Bupati Blora
“Masih banyak
buku-buku literatur sejarah yang berbeda oleh karena itu saya dengan Pak Bupati
melakukan Webinar, harus ada kajian yang lebih komprehensif,” ucap dia.
Sehingga, nantinya
Pemerintah Kota Sawahlunto berencana menjalin kerja sama lebih lanjut dengan
Pemerintah Kabupaten Blora untuk menggali potensi budaya yang ada.
“Ke depan tentu kita
harus kaji lagi, kami diskusi panjang lebar dengan Pak Bupati, tadi mungkin akan ada rencana MoU atau
semacam kesepakatan kerja sama untuk menggali potensi budaya dan silaturahmi.
Sebab kedatangan kami
ke sini mewakili pemerintah kota Sawahlunto dan mewakili keluarga-keluarga
Samin yang sekarang masih ada," jelas dia.
Tak lupa, Deri Asta
menyampaikan rasa terima kasih telah diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi
dengan masyarakat Sedulur Sikep.
“Kami terima kasih diundang ke sini dan kami memang khusus menyediakan waktu untuk berkumpul bersilaturahmi dengan saudara-saudara kami di sini," pungkas dia. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment