Koran Blora
INFOKU, BLORA - Dharma Wanita
Persatuan (DWP) bersama pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Blora untuk kedua kalinya memanen
Eco-Enzyme buatan sendiri.
Panen kedua kalinya ini dipimpin Ketua DWP DPUPR Pipit Samgautama Karnajaya, di dinas setempat, Jumat (25/3/2022).
"Puji Tuhan, ini
panen kedua kalinya setelah difermentasi lebih kurang tiga bulan dari lima buah
ember," jelasnya.
Dikatakannya, hasil
dari fermentasi Eco-Enzyme ini disaring menggunakan kain tipis untuk memisahkan
ampas sampah dapur dan air Eco-Enzyme.
"Panen kali ini
akan dimanfaatkan oleh Ibu-Ibu anggota DWP untuk keperluan rumah tangga adapun
sebagian digunakan untuk pembersih lantai di Kantor PUPR Kab. Blora,
pemanfaatan Eco-Enzyme sangat beperan penuh dalam hal mengurangi sampah
dapur," terangnya.
Seperti
diinformasikan sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR)
Kabupaten Blora menggiatkan pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) bersama Dharma
Wanita Persatuan (DWP) memanfaatkan sampah organik rumah tangga untuk dibuat
fermentasi Eco-Enzyme.
Baca Juga : Pelantikan Sekdes di Desa Nglobo Jiken Gagal, Ini Penyebabnya
Hal itu disampaikan
Kepala DPUPR Kabupaten Blora, Samgautama Karnajaya, di Blora, belum lama ini.
“Kita belajarnya dari
tutorial youtube. Ini sudah panen yang dibuat beberapa bulan lalu,” ucapnya.
Meski sudah panen,
namun terus diupayakan pembuatannya lagi dan disambut antusias oleh pegawai ASN
dan DWP dinas setempat.
Seperti diketahui
pengolahan sampah organik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
pengomposan, baik secara aerobik maupun anaerobik, dan dengan membuat
Eco-Enzyme.
Keistimewaan
Eco-Enzyme adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi
seperti pada proses pembuatan kompos.
Baca juga : Jelang Puasa Ramadan, Polres Blora Intensif Pantau Ketersediaan Bahan Pangan
Pembuatan Eco-Enzyme
sangat hemat dalam hal tempat pengolahan dan dapat diterapkan di rumah.
Produksinya bahkan
tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu.
Wadah-wadah seperti
botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak
digunakan, dapat dimanfaatkan kembali sebagai tangki fermentasi Eco-Enzyme.
Hal ini juga menjadi
nilai tambah karena mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.
Eco-Enzyme merupakan
produk ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun. Pembuatannya hanya
membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan
buah.
Eko-enzim adalah
hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau
gula tebu), dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10.
Pada dasarnya,
Eco-Enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang
berguna dalam pemanfaatan sampah buah atau sayuran.
Enzim dari “sampah”
ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur
untuk menghasilkan cairan yang bermanfaat.
Proses fermentasi
dalam pembuatan Eco-Enzyme berlangsung selama tiga bulan.
Setelah itu cairan
yang dihasilkan, yaitu berwarna coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam
manis yang kuat, sudah bisa dimanfaatkan.
Eco-Enzyme dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak, dan sebagai bahan spa untuk membantu melancarkan peredaran darah. (Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment