INFOKU - Semburan Lumpur Kesongo di Kawasan Kesatuan Pemangku
Hutan (KPH), Randublatung. Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, ternyata menyimpan
kisah mitos yang tragis.
Menurut mitologi
masyarakat setempat, asal muasal ‘Kesongo’ erat kaitannya dengan kisah Prabu
Ajisaka dan anaknya yang berwujud naga
raksasa bernama Jaka Linglung.
Kisah asal mula Gunung Lumpur Kesongo ini bermula dari antipati Prabu Ajisaka dengan bentuk fisik dan tabiat sang anak, Jaka Linglung, yang berwujud naga.
Ajisaka berupaya
untuk mengusir anaknya itu secara halus. Ajisaka berjanji akan menerima Jaka
Linglung, anaknya, dengan syarat Jaka Linglung berhasil menumpas siluman buaya
putih yang menebar teror di Pantai Selatan.
Di luar perkiraan,
Jaka Linglung berhasil mengalahkan
siluman buaya putih dengan membawa kepala buaya itu, yang merupakan penjelmaan
Dewata Cengkar, seorang kanibal yang dulu pernah dikalahkan oleh Ajisaka.
Kemudian, Jaka
Linglung diperintahkan oleh ayahnya, Ajisaka, untuk bertapa di tengah hutan dan
tidak boleh makan dan minum. Patuh dengan perintah ayahnya, Jaka Linglung
bertapa dengan membuka mulutnya lebar-lebar, menyerupai gua.
Selama ratusan
tahun, tubuh Jaka Linglung tidak kentara
karena dipenuhi dengan lumut, semak dan
tumbuhan merambat.
Saat turun hujan, 10
anak yang sedang menggembalakan ternak berupaya mencari tempat teduh dan
berujung masuk ke mulut gua yang
merupakan mulut dari Jaka Linglung yang
bertapa.
Salah satu dari 10
anak itu punya penyakit kulit dan
disuruh keluar oleh 9 anak lainnya karena merasa jijik.
Karena 9 anak itu
usil, suka membacoki dinding gua, Jaka Lingkung yang saat itu kesakitan
langsung menelan kesembilan anak yang berteduh di mulutnya itu.
Saat itu anak yang
diusir keluar berteriak minta tolong
hingga terdengar Prabu Ajisaka, ayahnya.
Ajisaka marah dan
Jaka Linglung langsung masuk ke perut bumi untuk melanjutkan pertapaannya.
Saat itu juga muncul
semburan lumpur di area tersebut dan
akhirnya tempat itu disebut ‘Kesongo’
yang dalam Bahasa Jawa berarti 9 anak
Versi Sejarahwan
Sementara itu,
pemerhati sejarah Blora, Eko Arifianto, dalam bukunya Sejarah Perjalanan Orang
Jawa (230 SM-1292 M), diceritakan ada seorang tokoh bijaksana di tahun 725 M
dari Medangkamulya, bernama Han Sanjaya, putra dari Sanaha dan Salahu.
Pamannya yang bernama
Sana, baru saja didapuk menjadi Datuk di
Kerajaan Tarumanegara.
Namun tiba-tiba, Sana meninggal dunia secara
tiba-tiba. Meninggalnya Sana ini diketahui
karena konspirasi perang kekuasaan di Kerajaan Galuh di mana Pangeran dari Tarumanegara ingin merebut takhta dari
tangan Sana
Singkatnya, mayat Sana dibawa ke Blora namun dalam
perjalanan, kakak dari Sana, yaitu Sanaha mengetahui akal picik dari pangeran
itu dan menjadi murka.
Sana memerintahkan
untuk membunuh 9 pengikut Sana karena dianggap tidak bisa melindungi adiknya.
Dari situlah kisah
Gunung Lumpur Kesongo versi sejarahwan, nama ‘Kesongo’ diambil dari 9 orang
yang dibunuh secara tragis.
Ini hanya cerita rakyat yang sulit dibuktikan kebenarannya, mana yang benar niscaya akan seiring waktu berjalan.(Mughnii/IST)
0 Comments
Post a Comment