(Penulis Drs Ec Agung Budi Rustanto – PimpinanRedaksi Infoku diolah dari 9 sumber berbeda)
” Dulu Jepang ngebom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai
Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan
jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia
bukan saja soal kemerdekaan politik, tapi soal bagaimana menjadiken manusia
yang di dalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya”
-Ir. Soekarno-
MINYAK bumi merupakan
salah satu sumber “keributan” sekaligus “organ” vital kehidupan manusia. Tak
sedikit berbagai aktivitas dan sendi kehidupan kerap digerakkan oleh peran
penting Bahan Bakar Minyak (BBM). Hingga orang di hampir seluruh
dunia telah merasa ketergantungan terhadapnya, termasuk rakyat di negeri kita.
Bahkan kemajuan suatu
negara, tak luput dari peran serta minyak bumi, hingga apabila terdapat
perubahan kebijakan dari dunia Internasional atau pemerintah atas BBM,
dampaknya sangat terasa hingga ke hampir semua lapisan masyarakat paling ujung
sekalipun.
BBM merupakan salah satu
barang publik yang keberadaannya kerap dianggap strategis dan selalu menjadi
isu nasional dan dunia serta dapat dijadikan sebagai alat politik oleh para
penguasa.
BBM pun kerap menjadi
ukuran popularitas kepemimpinan seseorang secara politis. Presiden dan DPR
beserta sejumlah jajarannya kerap menjadi sasaran unjuk rasa dari hampir
seluruh elemen.
Sensitivitas minyak
bumi secara politik tidak hanya berlaku di tanah air, tetapi di seluruh negara
di dunia. Berbagai negara di dunia rela berkorban dengan taruhan apapun,
asalkan pasokan minyak ke negaranya tetap lancar.
Amerika misalnya, sebagai negara Adidaya, Amerika telah terbiasa hidup dengan cara menggadaikan kebenaran dan nurani, menjalankan kelicikan, kejahatan dan berdagang senjata tiada lain demi minyak bumi untuk kepentingan negaranya.
Mungkin kita masih ingat
dengan perang teluk pada tahun 1990, dimana Irak menginvasi Kuwait yang nota
bene sangat kaya dengan minyak bumi. Ketika itu masyarakat dunia sudah
memaklumi bahwa Irak yang dipimpin Saddam Husein sebagai salah satu negara yang
sangat membenci Amerika dengan George Bush-nya.
Sementara ketika itu
negara Kuwait merupakan salah satu negara pemasok minyak terbesar kepada
Amerika. Hingga secara logika politik jika Kuwait dikuasai Saddam Husein, maka
pasokan minyak bumi kepada Amerika secara otomatis akan terhenti bahkan
terputus, hingga kemungkinan Amerika berpotensi untuk mengalami kebangkrutan.
Oleh karena itu dengan
bersembunyi di balik resolusi Dewan Keamanan PPB sebagai legitimator dan atas
nama HAM, Amerika menyerang Irak dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya
beserta pasukan multi nasionalnya, hingga di Irak banyak korban warga sipil
berjatuhan.
Secara kasat mata seolah
Amerika membela kebenaran dan HAM serta mengembalikan kedudukan Emir Kuwait,
Syeh Jabel Al Ahmed Al Sabah dari pengasingan. Namun secara hakikat politik
George Bush adalah membela minyak demi kepentingan negaranya, bahkan
hingga “mengkultuskannya.”
Jadi Amerika hingga kini
selalu siap membela negara manapun asal ada “kompensasinya” terlebih jika
negara yang dibela sarat dengan aset berupa minyak bumi.
Jika negara-negara Arab
di Timur Tengah yang kaya dengan minyak bersatu dan hidup “harmonis”, maka
secara politik merupakan ancaman bagi Amerika.
Oleh karena itu hingga
kini campur tangan politik Amerika terhadap politik dalam negeri negara-negara
Arab yang kaya minyak, masih cukup dominan dengan segala hegemoninya.
Jadi, negeri Paman Sam
dalam konteks kekinian tak ubahnya sebagai penjajah dunia di abad modern.
Namun yang patut
disesalkan adalah para pemimpin negara Arab tak sedikit yang masih tertidur
pulas, dininabobokan.
Energi dan syahwat
politik yang ditimbulkan oleh minyak bumi tak diragukan lagi di dalam negeri
dan di seluruh dunia. fenomena minyak bumi sebagai urat nadi dan penguasa
politik dunia merupakan stigma yang telah diakui masyarakat seantero jagat
raya.
Minyak bumi sangat
berharga. Karena begitu berharganya, hingga minyak bumi selalu dapat
memengaruhi peta kebijakan politik hampir tiap negara di dunia. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi, namun hal itu belumlah
cukup, hingga masih harus mengimpor dari negara lain yang nota bene masih
menjadi negara yang memiliki “ketergantungan”.
Ya sudahlah itu nasi sudah menjadi bubur, artinya keputusan pemerintah Pusat sudah memutuskan EXXON Menggarap Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Tentunya dengan DBH yang Luar biasa
Maka menurut penulis yang kelahiran Cepu kabupaten Blora, sekarang ini, hendaknya Bupati Blora terus berusaha mencari terobosan bagaimana Blora kebagian Dana Bagi Hasil (DBH) yang lebih besar dari pada saat ini.
Logikanya daerah Blora
dengan Blok Cepu-nya, baik Minyak Bumi ataupun Gas alam layak mendapat
kompensasi DBH yang lebih tinggi, untuk Pembangunan Blora yang lebih baik.
Sekarang Peran Bupati dan Ketua DPRD untuk mensejahterakan rakyatnya, hendaknya lebih maksimal lagi dalam upaya menekan pusat agar DBH lebih banyak Ketimbang di daerah Luar Bojonegoro, .... Semangat.###
0 Comments
Post a Comment