INFOKU, JAKARTA - Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan
Bendungan Randugunting tahap akhir.
Bendungan yang
berlokasi di Desa Kalinanana, Kecamatan Japah ini dibangun demi menjaga
ketersediaan air di Kabupaten Blora, yang selama ini dikenal memiliki
intensitas hujan yang rendah.
Selain itu, kehadiran bendungan ini juga dapat mengairi areal pertanian di wilayah kering Kabupaten Blora dan Rembang.
Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono mengatakan pembangunan Bendungan Randugunting merupakan salah satu
Program Strategis Nasional (PSN) di bidang Sumber Daya Air dalam mendukung
ketersediaan air dan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah.
"Kunci dari
pertanian adalah ketersediaan air. Kita ingin tingkatkan produktivitasnya
dengan ketersediaan air yang berkelanjutan dari bendungan," kata Basuki.
Kepala SNVT Pembangunan
Bendungan BBWS Pemali Juana, I Gusti Ngurah Carya Andi Baskara menambahkan,
pembangunan bendungan Randugunting diperlukan untuk menjaga ketersediaan air di
Blora yang memiliki intensitas hujan rendah.
"Rata-rata curah
hujan di Blora berkisar antara 2.000-3.000 mm per tahun. Kondisi berbeda dengan
Bogor yang curah hujannya sekitar 5.000 mm per tahun. Jadi fungsi utama
bendungan ini memang untuk menjaga ketersediaan air irigasi," ujar Gusti.
Bendungan ini
dibangun untuk menangkap air Daerah Aliran Sungai (DAS) Randugunting di Wilayah
Sungai (WS) Jratunseluna.
Selanjutnya bendungan
akan dikendalikan sehingga bisa dimanfaatkan pada saat dibutuhkan, khususnya
mengairi lahan irigasi pada musim kemarau.
Bendungan
Randugunting memiliki luas genangan 187,19 hektar dengan kapasitas tampung
14,42 juta meter kubik
Nantinya lahan
pertanian yang diairi di kabupaten Blora dan Rembang melalui Daerah Irigasi
(DI) Kedungsapen seluas 630 hektar dengan pola tanam padi-padi-palawija.
Bendungan multifungsi
ini juga dimanfaatkan untuk pengendalian banjir saat musim hujan dengan menahan
laju air Sungai Banyuasin sebesar 81,42 m3 per detik.
Konstruksi Bendungan
Randugunting didesain dengan tipe zonal inti tegak dengan tinggi 31 meter,
panjang puncak 363,3 meter, dan lebar 10 meter. Progres pembangunan bendungan
yang telah dibangun sejak tahun 2018 ini hingga 21 Oktober 2021 sudah mencapai
85,7 persen dengan masa kontrak berakhir November 2022.
"Meskipun sesuai
kontrak masih sampai November 2022, kami terus mempercepat penyelesaian,
sehingga ditargetkan pada November 2021 ketika konstruksi sudah di atas 95%
siap impounding.
Diharapkan nanti
Maret 2022 tinggi permukaan air sudah memenuhi kapasitas bendungan," tutur
Gusti.
Kepala BBWS Pemali
Juana Muhammad Adek Rizaldi menambahkan selain fungsi irigasi dan pengendali
banjir, bendungan Randugunting yang berjarak sekitar 148 kilometer dari Kota
Semarang juga diproyeksikan untuk mendukung penyediaan air baku di Kabupaten
Blora.
Kapasitasnya sebesar
100 liter per detik dan Pati 50 liter per detik serta pengembangan pariwisata
air dan agrowisata di Kabupaten Blora.
Pelaksana pembangunan
Bendungan Randugunting dikerjakan oleh PT Wijaya Karya - PT Andesmont Sakti
(KSO) dengan biaya APBN 2018-2022 senilai Rp858 miliar.
Pekerjaan fisik bendungan saat ini masih menyisakan bangunan pengelak (98,4 persen), hidromekanikal (13,3 persen), jalan inspeksi (95 persen). Kemudian bendungan utama (87,2 persen), akses masuk bendungan (92,8 persen), bangunan pelimpah (95,6 persen). Sementara pekerjaan relokasi untuk Kalinanas-Todanan yang sudah mencapai 96,1 persen. Untuk bangunan pengambil sendiri sudah selesai 100 persen persen.(Endah/IST)
0 Comments
Post a Comment