INFOKU, BLORA -
Mewakili Bupati H. Arief Rohman, Sekretaris Daerah Kabupaten Blora Komang Gede
Irawadi kemarin, mengikuti zoom meeting dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
RI terkait Inovasi Penurunan Stunting di Kabupaten Blora, bertempat di Ruang
Rapat Bupati.
Diskusi melalui zoom meeting tersebut turut diikuti oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Blora Hj. Ainia Shalichah, SH, M.Pd.AUD, M.Pd.BI, Asisten I, II, dan III Sekda Blora, , Plt Kepala Dinas Kesehatan Blora, Plt. Kepala Dinas Dukcapil, Kepala Dinas PMD Blora, Sekretaris Bappeda Blora.
Sementara itu, dari
kementerian dihadiri oleh Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kemenkes RI,
drg. Kartini Rustandi, staf khusus menteri, dan jajaran Kesmas Kemenkes
RI.
Plt Dirjen Kesmas
Kemenkes RI mengungkapkan bahwa zoom meeting dengan Pemkab Blora bertujuan
untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi stunting dan gizi
buruk di daerah.
“Kami ingin
mendengarkan pengalaman dari Blora dan Pasaman Barat bagaimana upaya-upaya yang
sudah dilakukan dalam melaksanakan mengatasi masalah stunting, atau masalah
gizi buruk di wilayah bapak ibu” ungkap Dirjen Kesmas Kemenkes RI
Menurutnya, pada
Kabupaten Blora dan Pasaman Barat memiliki inovasi dalam upaya pengendalian
masalah stunting maupun gizi.
“Karena data-data
yang kami dapatkan di dua kabupaten ini ada lompatan-lompatan yang dilakukan,
sehingga terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam pengendalian masalah
stunting atau masalah gizi. Kami ingin mngetahui proses yang dilakukan Pemda Blora
dan Pasaman Barat terkait dengan stunting” sambungnya
Upaya maupun
langkah yang dilakukan di dua kabupaten dalam rangka pengendalian stunting
tersebut dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan kedepannya.
Ahmad Mahbub
Djunaidi yang hadir mewakili Plt Kepala Bappeda Blora Aunur Rofiq,
mengungkapkan, upaya pengurangan stunting di Kabupaten Blora menunjukan hasil
yang signifikan.
Dikatakannya, ada
berbagai inovasi yang dilakukan dari berbagai pihak untuk bersama-sama
mengatasi masalah stunting.
“Layanan inovasi
seperti dari Dinkes menginisiasi telur maksi yakni kelor yang diolah menjadi
kapsul bagi ibu menyusui untuk perkembangan anak, selanjutnya pemberian makanan
untuk bayi dan anak yang mengandung protein” Jelasnya
Tak hanya itu, dari
OPD lain pun turut bersinergi terlibat dalam pencegahan dan penanganan
stunting. Seperti halnya dari Dinas Dalduk KB dengan intervensi pencegahan
stunting sejak remaja.
“Dari teman KB ada
inovasi gerdu KIA-KB, gerakan terpadu keluarga berencana dalam penurunan
stunting yang sangat positif mndorong upaya ini, termasuk ada gerakan Rembo
Setia, remaja blora sehat tanpa anemia.” Tambah Mahbub
Lanjutnya, adanya
inovasi dari TP PKK Kabupaten Blora yakni Dawis Penting, Dasawisma Pendamping
Stunting khususnya pada 45 desa yang prioritas pengendalian stunting.
Mahbub menambahkan,
ada banyak inovasi lainnya yang dilahirkan dalam upaya mencegah stunting
lainnya seperti, Pa'de, Kalibabar, Lumbung Pitutur Paes Manten, serta
program dari OPD yang selaras dengan pencegahan stunting turut digiatkan
seperti Gemarikan, PMT-AS dari Dindik, KRPL dan KWT dari Pertanian dan
Ketahanan Pangan, Posyandu Remaja-Pikr, Kelas Stunting dari Dinas PMD, PKH
Dinsos, Bkb Emas dari Dalduk Kb.
Selanjutnya dari
sisi regulasi, Kabupaten Blora sudah memiliki berbagai regulasi terkait
stunting dan upaya pencegahannya, adalah Peraturan Bupati tentang Penurunan
Stunting, sudah dibentuknya tim koordinasi dan penanggulangan stunting, dan
regulasi lainnya yang mendukung pencegahan dan pengurangan stunting.
“Termasuk perhatian
langsung kepala daerah yang juga misi bupati terpilih untuk pencegahan
stunting, keterlibatan pemimpin daerah dalam program ini dapat mempercepat
upaya pencegahan dan penurunan stunting” Jelas Mahbub
Mahbub menambahkan,
upaya-upaya penurunan stunting didukung dari dana Pemkab Blora, dari dana desa,
didukung OPD, bahkan melibatkan dukungan CSR.
“Yang pertama memaksimalkan bagian dari APBD dahulu, kita mencoba dari desa juga, kemanfaatan bagian dana desa untuk intervensi stunting secara umum semuanya sudah memanfaatkan untuk stunting, kemudian teman-teman OPD juga mempunyai intervensi, termasuk dukungan dari CSR” pungkasnya.
Sementara itu,
Ketua TP PKK Blora mengungkapkan bahwa dukungan dari tingkat kabupaten hingga
tingkat desa sangat penting dalam bersama-sama mengatasi stunting. Terlebih
pada 2021 ada 45 desa yang menjadi prioritas dalam pencegahan dan penanganan
stunting.
Sehingga dilakukan
berbagai inovasi dan strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah
satunya melalui inovasi yang digagas TP PKK seperti Dawis Penting dapat
menyentuh masyarakat secara langsung.
“Harapannya
dasawisma dapat mengetahui secara detail stuntingnya berapa, kendalanya apa
saja, apa yang sudah dilakukan” Jelasnya
“Saya juga
minta ketua TP PKK Desa bahwa sudah ada dana alokasi yang sudah difokuskan
untuk penanganan stunting. Termasuk pengadaan kelor di tahun 2020 lalu,
sehingga nanti juga ada dana support keberlanjutannya dengan menganggarkan dua
juta dari desa untuk pengolahan kelor menjadi PMT di posyandu-posyandu
khususnya bagi anak yang stunting, secara intensif diberikan makanan yang
mengandung kelor” lanjutnya
Pihaknya optimis
masalah stunting segera teratasi, terlebih dengan dukungan berbagai pihak di
Kabupaten Blora.
“Kades kami
mensupport semua, kami optimis masalah stunting akan teratasi dua atau tiga
tahun kedepan atau presentasenya bisa dikurangi. Juga adanya kebijakkan PMD
yang telah menyisihkan anggaran untuk penanganan stunting, ada 295 desa di Kab
Blora juga sudah menganggarkan untuk menangani stunting” tambahnya
Plt Dirjen Kesmas
Kemenkes RI mengapresiasi langkah-langkah dan inovasi yang dilakukan
Pemkab Blora. Pihaknya turut mengapresiasi langkah yang diambil Blora dengan
meilbatkan banyak pihak untuk bersinergi mengatasi stunting.
“Terimakasih sekali
baik dari pasaman da blora, khsusunya bagi Blora terimakasih satu tim
hadir. Saya sangat terharu mendengar apa yang disampaikan Blora, bagaimana
teman-teman ini bisa menggunakan sumber daya, apalagi sumber dana yang ada,
yang efisien. Bagaimana Asisten dan Bappeda juga terlibat aktif, ini yang kita
harapkan dalam pelayanan kesehatan dikawal oleh berbagai stakeholder”
pungkasnya
Sebagai informasi, perbandingan prevalensi balita stunting berdasarkan RISKESDAS tahun 2013 sebanyak 55,1 dan pada 2018 mengalami penurunan menjadi sebesar 32,8. Pemkab Blora terus memberikan perhatian serius pada upaya-upaya pencegahan dan penanganan stunting. (Endah/KOM)
0 Comments
Post a Comment