INFOKU, JAKARTA -
Kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan angka kasus COVID-19 di tingkat
nasional maupun daerah terus diluncurkan pemerintah.
Penambahan aturan
atau adendum Surat Edaran Ketua Satgas Penanganan COVID-19 No. 13 Tahun 2021,
menjadi cara menekan mobilitas penduduk saat mudik lebaran nanti. Perpanjangan
PPKM Mikro juga menjadi kunci pemerintah untuk menekan penularan di daerah.
Berangkat dari pengalaman empat kali libur panjang di 2020 lalu, Satgas Penanganan COVID-19 menganalisis perilaku masyarakat.
Gubernur Sumatra Barat“Libur panjang
cenderung menciptakan peningkatan mobilitas. Biasanya peningkatan mobilitas
diikuti penurunan kepatuhan protokol kesehatan masyarakat, dan akhirnya kasus
COVID-19 juga turut melonjak.
Tidak hanya diikuti
oleh lonjakan kasus, tapi juga diikuti oleh lonjakan kematian,” terang Dr.
Sonny Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 dalam Dialog
Produktif bertema Mudik Ditiadakan, PPKM Dilanjutkan, yang diselenggarakan KPCPEN
dan ditayangkan oleh FMB9ID_IKP, Selasa (27/4).
Sonny menilai,
sejak minggu ketiga Januari 2021 kinerja Satgas COVID-19 membaik, apalagi
dengan pengetatan PPKM Mikro telah menurunkan kasus aktif dari 15,43% menjadi
6,12%.
“Penerapan PPKM
Mikro hingga jilid 6 ini membuat kinerja kita membaik. Namun target WHO positivity
rate harus di bawah 5%. Nantinya pada 4-17 Mei 2021 kita akan mendorong
pemberlakuan PPKM Mikro tahap tujuh. Karena terbukti efektif mengendalikan
kasus nasional dan kasus daerah” terang Sonny.
Pernyataan Sonny
senada dengan yang terjadi di Sumatera Barat. Pengetatan protokoler COVID-19 di
seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Barat berhasil menekan penularan COVID-19.
“Kini zona merah
sudah tidak ada lagi di Sumatera Barat. Positivity rate kini 8,32%, dan skor
kita sudah berada di risiko sedang secara nasional,” terang Mahyeldi
Ansharullah, Gubernur Sumatera Barat.
“Kini pemerintah
provinsi mendorong organisasi perangkat daerah (OPD) seperti dinas perhubungan,
Satpol PP, BNPB, untuk bersinergi di pos-pos perbatasan wilayah Sumatera
Barat,” terang Mahyeldi.
Mahyeldi menilai
hal tersebut berkat dukungan dan kepedulian masyarakat Sumatera Barat yang
lebih peduli dan membantu pemerintah daerahnya.
Sumatera Barat
sudah melaksanakan PPKM Mikro lebih awal, seperti di Kota Padang yang sudah
mengerahkan kongsi COVID-19 di tingkat RT/RW.
Sehingga
penanggulangan kasus COVID-19 bisa ditangani di lingkungan RT/RW,” katanya.
Sebagai penutup,
Sonny mengimbau, meskipun Indonesia sudah memulai program vaksinasi nasional,
masyarakat perlu belajar dari kasus lonjakan COVID-19 di India.
“India sebetulnya sudah menurunkan kasus COVID-19 dengan baik dengan tingkat vaksinasi 3 juta orang per hari, namun melonggarkan berbagai acara pertemuan dan keagamaan dengan peniadaan protokol kesehatan membuat program vaksinasi mereka jadi kurang efektif,” terangnya.(Mughnii/ist/Daring)
0 Comments
Post a Comment