INFOKU, BLORA -
Bambang Sulistya, Ketua Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) Manteb Blora, berharap
harga tebu giling 2021 pada awal masa giling 2021 di pabrik gula PT. Gendhis
Multi Manis (GMM) Bulog lebih tinggi dari harga pabrik tebu yang lain.
“Sehingga tidak
terjadi lagi di masa giling tahun 2021, ‘tebu tamasya’ atau mengalirnya tebu
Blora ke pabrik gula di luar kabupaten Blora,” ungkapnya, di Blora, Sabtu
(27/3/2021).
Ia pun berharap harga tebu selama masa giling 2021 selalu lebih tinggi dari harga tebu pabrik di sekitarnya.
Dijelaskan mantan
Sekda Blora itu, saat RAT KPTR Manteb, Minggu (21/3/2021) lalu, General Manager
PT. GMM Bulog, Hasbullah, menyampaikan giling tebu tahun 2021 akan dimulai pada
bulan April atau awal Ramadan 2021.
“Dan oleh pabrik
gula sudah dipersiapkan dengan baik rencana pelaksanaan giling tersebut,” kata
Bambang Sulistya.
Berkenaan dengan
hal tersebut, lanjutnya, selesai RAT mencoba menampung uneg-uneg (keluh kesah)
dan harapan para petani tebu yang tergabung dalam KPTR Manteb.
“Tentu untuk
disampaikan ke pihak terkait khususnya ke pihak managemen PG. GMM Bulog,”
ucapnya.
Semua itu,
tambahnya, agar petani tebu dapat menikmati hasil panen tebu tahun 2021 dengan
rasa gembira dan membuat wong cilik gumuyu (tersenyum).
“Sangat diharapkan
oleh para petani tebu kepada manajemen PG GMM Bulog dalam masa giling 2021 agar
tetap berkomitmen dalam pengiriman tebu ke PG GMM Bulog. Harus melalui
koperasi- koperasi tebu yang ada di Kabupaten Blora,” jelasnya.
Sehingga secara
langsung akan mendongkrak eksistensi koperasi tebu makin berkembang dan maju
yang hasil akhirnya juga akan mensejahterakan petani tebu.
Jangan ada lagi
kebijakan dari pabrik gula yang memberi rekomendasi tumbuhnya “Petani tebu
Penyangga baru” yang notabene merupakan kumpulan petani tebu yang keluar dari
koperasi tebu yang sudah ada.
“Dampak dari
kemunculan petani-petani tebu penyangga akan mengkerdilkan koperasi tebu dan
akhirnya koperasi petani tebu tinggal papan nama alias mati,” tegasnya.
Dikatakan, dalam
masa giling 2021 hendaknya pihak manajemen pabrik gula mampu mewujudkan
komunikasi intensif dan komunikatif antara pabrik gula dengan para petani tebu.
Sehingga bisa
memberi solusi dan informasi yang terang benderang ketika terjadi persoalan
yang terjadi berkaitan masalah yang muncul tentang tebang angkut dan penentuan
harga tebu baik di pihak petani tebu, pihak pabrik gula maupun antara petani
tebu dengan pabrik gula.
Menurut dia, para
petani tebu juga sangat merindukan kepada instansi terkait, baik dari Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Perdagangan dan Koperasi UKM maupun para
anggota DPRD Komisi B, agar proaktif ikut memantau dan mengawasi kebijakan dan
pelaksanakan giling tahun 2021 yang akan berdampak kurang baik bagi peningkatan
kesejahteraan petani tebu di Bumi Samin.
“Demikian semoga
ungkapan jujur dari para petani tebu ini dapat didengar dan dijadikan pijakan
dalam pelaksaan giling 2021 dan membuat petani tebu bisa gumuyu, sehingga
ungkapan legi tebuku, mulyo uripku, bisa terwujud,” jelasnya.
Informasi yang
diperoleh luas tanaman tebu di Kabupaten Blora 3.800 hektare, sementara
kapasitas giling Pabrik Gula PT. GMM Bulog 300.000 ton atau setara dengan 5.000
hektare tebu. (Endah/ist)
0 Comments
Post a Comment