INFOKU, BLORA -
Anggota Komisi B DPRD Blora, Agus Untoro Waluyo, angkat bicara terkait
anjloknya harga gabah petani saat masa panen raya, di masa tanam pertama ini.
Menurutnya banyak faktor yang membuat harga gabah tersebut anjlok, salah satunya karena kualitas gabah yang dipanen oleh petani. Panen dini dalam kondisi cuaca masih tinggi curah hujannya, membuat kadar air gabah tinggi, dan mudah membusuk, sehingga harganya anjlok.
"Kondisi gabah
petani kita mutunya tidak bagus, karena dipanen saat masih tinggi curah
hujannya, dan gabah menjadi basah, mestinya para penyuluh pertanian kita aktif
turun ke lapangan, beritahu petani agar tidak memanen dini, jadi gabah harus
dalam kondisi kering," ungkap Agus Untoro alias Tik Un, anggota Komisi B
DPRD Blora, dari Partai Hanura.
Sementara, standar
mutu gabah dan beras yang masuk ke Bulog sangat ketat, mulai dari tingkat
kekeringannya, hingga mutu berasnya tidak bisa asal masuk, karena fungsi Bulog
tidak lagi melulu sebagai penyangga pangan, akan tetapi sebagai Badan Usaha
Milik Negara, yang harus mampu memberi pendapatan keuangan negara.
"Kondisi mutu beras kita saat ini jelek, sulit untuk masuk atau diserap Bulog, broken standart Bulog adalah 20%, untuk beras medium, sementara beras petani itu, tingkat kekeringannya rendah, brokennya mencapai 50%, jelas tidak mungkin bisa diterima, begitu juga dengan para tengkulak, mereka juga tidak mau rugi, mereka berani beli kalau murah," imbuh politisi dari Jepon ini.
Tolak
Impor Beras
Sebelumnya, pada
Rabu (10/3/2021) kemarin, belasan aktifis pro petani yang menamakan aksi
teatrikalnya, "Weden Sawah Gugat Anjloke Rego Gabah," mendatangi
Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, untuk menyampaikan
aspirasinya, demi memperjuangkan nasib petani, akibat anjloknya harga gabah,
dan menyuarakan penolakan rencana impor beras oleh Pemerintah Pusat.
"Kami meminta,
Pemkab Blora untuk membuat kebijakan mengatasi anjloknya harga gabah, tolak
impor beras dan mengaktifkan kembali fasilitas - fasilitas untuk bantu petani,
seperti lumbung desa dan resi gudang yang ada," tandas Heru Sutanto,
Koordinator Aksi Teatrikal tersebut.B
Di tempat yang
berbeda, mantan anggota DPRD Blora, dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) periode 1999 - 2009, Lilik Sugiyanto mengusulkan untuk meningkatkan
penyerapan beras petani lokal, dengan kebijakan pemberian beras jatah untuk ASN
diberlakukan kembali, di samping pembelian untuk penyaluran bantuan sosial
pangan.
"Banyak strategi untuk penyerapan beras petani lokal, yaitu kerjasama antara BUMDES dengan resi gudang yang ada, kemudian pembelian beras bantuan sosial pangan untuk warga diambil dari beras lokal, dan berlakukan kembali beras jatah untuk ASN, yang sekarang diganti dengan uang, dibelikan beras lokal yang ada di petani - petani lokal Blora, sehingga penyerapan beras petani kita tinggi, semoga Pemerintahan yang baru punya solusi yang tepat untuk ini" ujarnya kembali. (Endah/ist)
0 Comments
Post a Comment