INFOKU, JAKARTA -
Dengan dipelopori oleh Presiden Joko Widodo yang menjalani vaksinasi COVID-19
perdana pada Rabu (13/1), Indonesia menjadi negara pertama dalam Organisasi WHO
South-East Asia region yang memulai vaksinasi massal COVID-19.
Adapun 11 negara
anggota WHO South-East Asia, yaitu Bangladesh, Bhutan, Korsel, India, Maldives,
Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste, dan Indonesia.
Vaksinasi COVID-19 penting untuk memutus rantai penularan COVID-19, memberikan perlindungan kesehatan dan keamanan pada masyarakat Indonesia, serta membantu percepatan proses pemulihan ekonomi. Mayoritas penduduk perlu mendapatkan vaksin untuk menciptakan kekebalan komunal (herd immunity).
“Salah satu upaya
penanganan pandemi dengan menghadirkan kekebalan komunitas atau herd immunity,”
jelas Prof. Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19.
Vaksinasi tahap
awal menyasar pada tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan menghadapi COVID-19
dan ditargetkan selesai pada Februari 2021.
Selanjutnya
dilakukan tahapan vaksinasi pada petugas publik lalu kelompok masyarakat
lainnya. Pemerintah mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam program
vaksinasi. Vaksin COVID-19 produksi Sinovac telah mengantongi izin penggunaan
darurat dari BPOM dan fatwa halal MUI.
Tahap awal
vaksinasi ini merupakan langkah tepat dan layak diapresiasi. Namun, dengan
adanya vaksin ini jangan membuat lengah.
“Pada prinsipnya
siapa pun yang sudah vaksinasi tidak boleh meninggalkan protokol kesehatan (3M)
sampai pandemi dinyatakan berakhir. Tetap pakai masker yang benar, jaga jarak
dengan menghindari kerumunan, dan rajin cuci tangan,” tegasnya.
Prokes 3M ini upaya
sederhana untuk melindungi diri dan orang lain di sekitar. Sinergi dan gotong
royong menjadi kunci dalam menghadapi pandemi COVID-19. Keberhasilan penanganan
pandemi COVID-19 bergantung pada kontribusi seluruh elemen masyarakat dan
pemerintah.
Pemerintah telah menyediakan vaksin COVID-19 secara gratis dan semua lapisan masyarakat masyarakat harus berperan aktif dengan tetap disiplin menjalankan prokes 3M. “Adaptasi perubahan perilaku untuk mencegah COVID-19 dan menjadi lebih sehat dengan 3M memang tidak mudah. Tapi ini harus dilakukan untuk kebaikan bersama,” pungkas prof. Wiku.(Mughnii/ist/DARING)
0 Comments
Post a Comment