INFOKU, SEMARANG -
Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas
Gadjah Mada (Kagama), Ganjar Pranowo mengatakan pandemi yang melanda
Indonesia dan 215 negara lain di dunia, telah menimbulkan dampak yang sangat
luar biasa.
Dalam waktu yang sangat cepat, pandemi telah menimbulkan apa yang disebut
unprecedented crisis. Krisis di bidang kesehatan sekaligus krisis di bidang
ekonomi.
Berdasar data per 11 Desember 2020, kata Ganjar, sebanyak 68 juta warga dunia terpapar virus Corona. Sebanyak 1,5 juta jiwa telah meninggal dunia. Di Indonesia sendiri jumlah kasus telah mencapai 600 ribu dengan total kematian sebanyak 18.511 jiwa.
Selain itu, jutaan warga dunia terdampak krisis ekonomi. Banyak yang
usahanya berhenti, omzetnya turun, atau kehilangan penghasilan dan pekerjaan.
Pertumbuhan ekonomi berbagai negara juga mengalami kontraksi yang sangat
hebat, terjun bebas, sebagian besar minus.
Banyak negara di dunia terseret masuk ke dalam jurang Resesi. Indonesia
juga mengalami dampak yang sama. Ekonomi Indonesia sempat tumbuh positif di
kuartal pertama, namun terkontraksi ke titik terendah di kuartal kedua menjadi
minus 5,32 %, lalu pelan-pelan membaik ke angka minus 3,49 % di kuartal ketiga.
Hal tersebut disampaikan Ganjar dalam sambutannya sekaligus membuka acara
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kagama pada Sabtu (12/12/2020) yang
dilaksanakan secara daring.
Rakernas Kagama diikuti lebih dari 400 orang Pengurus Kagama dari semua
tingkatan baik yang berdomisili di dalam negeri maupun luar negeri.
Alumnus Fakultas Hukum UGM tersebut mengatakan kondisi yang sulit ini tidak
boleh membuat bangsa Indonesia menyerah atau pesimis.
"Kita adalah bangsa yang tangguh, tahan banting. Jangan lupa, kita
adalah bangsa yang ditempa oleh tantangan alam. Secara geografis kita berada di
atas ring of fire yang rentan terhadap terjadinya bencana alam," ujar
Ganjar.
"Kita juga bangsa bahari yang sering menghadapi tingginya gelombang
samudera. Tantangan ini tidak pernah membuat kita takut atau berkecil hati.
Kita hadapi tantangan itu dengan jiwa cakrawartin samudera," imbuh dia.
Ganjar menyebutkan, dalam menghadapi pandemi, Kagama memberikan dukungan
penuh kepada Presiden Jokowi, sebagai nahkoda kapal besar Indonesia untuk
membawa Indonesia keluar dari krisis.
Sebagai nakhoda, Presiden Jokowi telah dengan tepat memandu arah kapal
dengan mengedepankan strategi mencari keseimbangan antara penanganan di bidang
kesehatan dengan penanganan di bidang ekonomi.
Presiden telah berhasil menemukan titik keseimbangan yang pas antara rem
dan gas. Strategi menseimbangkan rem dan gas ini, terbukti telah memberikan
hasil yang positif.
"Alhamdulillah kasus aktif di negara kita di kisaran 14,84 % jauh
lebih rendah dari rata-rata dunia yang sebesar 28,24%. Case Recovery Rate
(rata-rata kesembuhan) di negara kita juga lebih baik yakni di angka 82,10 %,
lebih tinggi dari rata-rata dunia, sebesar 69,51%," kata Ganjar.
"Pada saat yang bersamaan, kita juga berhasil menjaga agar pertumbuhan
ekonomi tidak turun lebih tajam lagi. Kita sudah melewati rock bottom, titik
terendah di kuartal kedua dan bisa tumbuh lebih baik di kuartal ketiga.
Situasi ini menunjukkan pengendalian Covid-19 dengan penanganan ekonomi
bisa dilakukan secara seimbang," kata Ganjar menegaskan.
Namun demikian, Gubernur Jawa Tengah ini mengingatkan dengan
capaian yang baik itu, tidak boleh membuat bangsa Indonesia kendor.
Apalagi sampai beranggapan kalau kondisi sudah normal. Ganjar mengingatkan bahwa angka rata-rata kematian di Indonesia masih cukup tinggi sebesar 3,06 %, lebih tinggi dari rata-rata dunia yang sebesar 2,25 %.
"Penularan virus masih terjadi, bahkan ada tren meningkat karena ada yang masih abai, tidak menjalankan protokol kesehatan secara disiplin. Kuncinya adalah kedisiplinan dan kepatuhan kita semua untuk menjalankan protokol kesehatan. Sebab tidak ada yang kebal dari virus, tidak peduli apakah itu pejabat, pemuka agama, karyawan, ibu rumah tangga semuanya bisa terinfeksi," tegas Ganjar.(Tanti/ist)
0 Comments
Post a Comment