Covid 19 bukan dilema Kampanye Pilkada - OPINI INFOKU

 

(Penulis Drs.Ec. Agung Budi Rustanto – Pimpinan redaksi Tabloid Infoku Diolah dari 4 Sumber Berbeda)

 

KAMPANYE dilakukan dengan maksud untuk memobilisasi dukungan terhadap seorang kandidat dan Kampanye politik berkaitan dengan pembentukan image politic.

Dalam kampanye politik terdapat dua hubungan yang akan dibangun, yaitu hubungan internal dan hubungan eksternal.

Hubungan internal adalah suatu proses antara anggota-anggota partai dengan pendukung untuk memperkuat ikatan ideologis dan identitas mereka.

Sementara hubungan eksternal dilakukan untuk mengkomunikasikan image yang akan dibangun kepada pihak luar partai, termasuk media massa dan masyarakat.


Faktor utama penyebab seseorang bisa meraih kemenangan adalah sejauh mana kemampuannya dalam mencitrakan diri sehingga masyarakat mengenalnya dan bersimpati padanya.

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR-RI beberapa waktu yang lalu, Ketua KPU Arief Budiman mengatakan akan ada pembatasan dan pelarangan penggunaan kegiatan kebudayaan sebagai metode kampanye. Kegiatan kebudayaan tersebut baik yang berupa pentas seni, panen raya dan atau konser musik.

Kegiatan lainnya seperti olahraga berupa gerak jalan santai dan atau sepeda santai juga akan dilarang sebagai bentuk pelaksanaan tahapan pilkada serentak 2020 yang memperhatikan protokol kesehatan.

Para calon kandidat kepala daerah dituntut harus pandai dan jeli dalam meramu serta meracik berbagai jurus jitu kampanye di masa pandemi Covid-19 ini.

Jika mengacu kepada gambaran umum aturan KPU yang baru dan telah sering disampaikan di berbagai ruang diskusi online, maka porsi kegiatan calon kepala daerah dalam upaya mendapatkan dukungan konstituen akan lebih banyak diselenggarakan secara digital atau digital campaign.

Namun bukan berarti kampanye dengan cara-cara konvensional ditiadakan, hanya saja akan ada berbagai pembatasan kegiatan serta protokoler kesehatan yang harus diikuti oleh kandidat. Dengan berbagai peraturan dan pembatasan tersebut, untuk itu kandidat pemilihan kepala daerah harus mengoptimalkan segala jenis kampanye yang akan dilakukan agar efektif dan efisien dalam situasi pendemi ini.

Pertama, calon kepala daerah harus memiliki pemahaman kewilayahan atau geopolitik yang tepat terhadap wilayah pertarungannya. Tidak hanya mengenai sosial kultural yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, namun juga bagaimana sekelumit permasalahan yang dihadapi masing-masing wilayah kabupaten/ kota, kecamatan, nagari hingga level korong atau kejorongan.

Sehingga, dalam hal ini penggunaan metoda survei menjadi jawaban terhadap kebutuhan tersebut. Kenapa kemudian survei menjadi hal utama yang harus dilakukan calon kepala daerah? Karena secara tidak langsung surveilah yang akan mampu memperlihatkan konstelasi atau tatanan politik yang terbangun di lingkungan masyarakat hingga preferensi memilih yang dikaitkan dengan situasi terbaru hari ini.

Kita tahu, bahwa elektabilitas atau keterpilihan seorang kandidat hanya akan terjadi apabila gagasan yang disampaikan dinilai mampu menjawab kebutuhan dari pemilih atau konstituen tersebut. Dan selama masa pandemi ini, survei harus dilakukan dengan mengikuti protokoler keselamatan sehingga calon kepala daerah tetap memiliki pemetaan yang matang terhadap wilayah pertarungannya.

door to door campaign 

Selanjutnya ialah mengoptimalisasikan tim relawan. Pilkada di masa pandemi bukan berarti semua hal dilakukan secara daring saja. Kampanye secara konvensional dengan memanfaatkan tim relawan menjadi bagian penting dalam hal pemenangan calon kepala daerah. Banyak hal tentunya bisa dilakukan oleh tim relawan, salah satunya ialah melakukan kampanye door to door (canvassing).

Kampanye yang dilakukan relawan dengan cara mendatangi pemilih secara langsung efektif dilakukan untuk menyampaikan gagasan yang dimiliki kandidat sembari meyakinkan pemilih untuk memilih kandidat yang diusung oleh relawan tersebut. Nah, pada kegiatan door to door campaign ini, tim relawan dituntut mampu untuk menyampaikan gagasan kandidat guna menjawab kebutuhan masyarakat.

Gerakan door to door campaign ini haruslah dioptimalkan dengan membekali relawan dengan data-data yang dihasilkan dari survey yang telah dilakukan sebelumnya. Dasar pembentukan tim relawan ini ialah mengingat adanya keterbatasan ruang dan waktu yang dimiliki oleh kandidat pilkada dalam menjangkau setiap pemilihnya, sehingga dengan kegiatan door to door campaign diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan kandidat terhadap pemilihnya.

Kemudian, optimalisasi alat peraga kampanye baliho dan spanduk kandidat. Tujuan utama penyebaran baliho dan spanduk ialah meningkatkan popularitas dari seorang kandidat pemilihan kepala daerah. Namun dengan berbagai keterbatasan ruang dan gerak kandidat selama masa pandemi ini, alat peraga kampanye seperti baliho dan spanduk harus dioptimalkan agar dapat dikonversikan pada tingkat acceptabilitas seorang kandidat.

Bagaimana caranya? Jika selama ini kandidat umumnya hanya memajang gambar diri dan memperkenalkan namanya sebagai seorang kandidat pemilihan kepala daerah saja, maka ke depan ditambahkan dengan program prioritas yang akan digalangkan di daerah lokasi alat peraga kampanye tersebut diletakkan.

Sehingga, alat peraga kampanye tersebut tidak hanya menjadi sarana perkenalan diri atau upaya peningkatan popularitas seorang kandidat saja, namun mampu menyentuh ranah penerimaan (acceptabilitas) pemilih terhadap sosok kandidat yang bertarung dalam suatu pemilihan kepala daerah. Artinya, dengan melakukan upaya tersebut kandidat telah mengoptimalisasikan penggunaan alat peraga kampanye tersebut sehingga akan terjadi konversi alat peraga kampanye kepada peningkatan penerimaan (acceptabilitas) pemilih terhadap kandidat.

Hal lain yang kemudian menjadi sangat penting untuk diperhatikan kandidat selama kontestasi politik dimasa pandemi ialah optimalisasi teknologi. Para kandidat pemilihan kepala daerah mau tidak mau, suka tidak suka dituntut harus mampu mendulang kepopuleran di berbagai platform media massa.

Terakhir, banyak hal lain yang harus dilakukan seorang kandidat agar mampu mendulang suara dan keluar sebagai pemenang dalam pemilihan kepala daerah.

Mulai dari penyebaran opini kandidat terhadap pengentasan berbagai masalah masayarakat di daerah pemilihan melalui media cetak yang dioptimalkan dengan cara dibagikan langsung kepada pemilih secara door to door, hingga pengelolaan media sosial dan media mainstream lainnya.

Tujuan utama ialah bagaimana kemudian kandidat serta masayarakat sebagai pemilih memahami bahwa pesta demokrasi di masa pandemi harus tetap menjaga substansi berdemokrasi yang jujur, transparan dan adil. Perlu dipahami, pilkada di masa pandemi ini tidak fokus hanya memenangi pertarungan udara (daring) saja, sehingga hal-hal semisal negative campaign yang semarak ditakutkan berbagai ahli akan terjadi pada pilkada ke depan dapat sama-sama dicegah.

Optimalkan semua instrumen kampanye yang dimiliki tanpa harus dibumbui adu domba pemilih, noSara, No Hoax dan No Kampanyee Hitam, di dunia maya serta menjelekkan pihak lawan dengan penggunaan buzzer yang berlebihan.

Pemilih sudah cerdas dan yang terpilih harus lahir dari pertarungan yang jujur dan tidak culas.###

Baca model tabloid 
Gambar Klik Kanan, pilih buka Link baru




Post a Comment

0 Comments