INFOKU, BLORA - Warga desa
Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora menggelar doa bersama dan
menyajikan pertunjukan wayang kulit di taman Palereman (peristirahatan) Jati
Kuning, Jumat (4/9/2020) malam.
Acara itu diselenggarakan dalam rangka melestarikan tradisi setiap tahun
pada bulan Suro (Jawa) atau Muharram 1442 Hijriah.
Kegiatan kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Panitia penyelenggara mewajibkan peserta doa bersama di lokasi taman Palereman Jati Kuning supaya patuh protokol kesehatan Covid-19.
Yang berbeda dari tahun sebelumnya yakni ditampilkannya kesenian Islam oleh
kelompok seni hadroh binaan Gus Muiz dari Kecamatan Ngawen sebelum
doa bersama digelar di lokasi Palereman Jati Kuning.
Pelaksanaan doa berlangsung khidmat dengan dihadiri Bupati Blora Djoko
Nugroho bersama istri Hj. Umi Kulsum.
Selain itu, hadir juga anggota DPRD Blora Siti Rochmah Yuni Astuti,
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan Pariwisata
(Dinporabudpar) Kabupaten Blora M. Solichan Mochtar, SH, AP, Kepala Seksi
Sejarah dan Purbakala Eka Wahyu Hidayat, perangkat dan kepala desa Sidomulyo
serta perwakilan Forkopimcam Banjarejo.
Usai doa bersama, acara dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit dengan
menampilkan dalang Ki Nuryanto dari dukuh Pangkat Desa Purwosari yang mengambil
cerita Wahyu Manik Moyo dan disemarakkan oleh pelawak Jolang dari kabupaten
Rembang.
“Kami sampaikan terimakasih kepada semua pendukung acara ini. Alhamdulillah
berjalan lancar dan tertib hingga selesai,” kata Pukuh Setiawan, pengelola
taman Palereman Jati Kuning.
Ia mengemukakan terselenggaranya acara semata-mata bukan dari pihak
keluarga almarhum Mbah Jamal, pendiri taman Palereman Jati Kuning, melainkan
didukung oleh berbagai pihak.
“Terimakasih kepada Bapak Bupati Blora berserta Ibu yang telah berkenan
hadir,” ucapnya.
Menurut dia, taman palereman Jati Kuning didirikan pada 2003. Sedangkan Mbah Jamal sendiri adalah salah satu tokoh spiritual yang disegani dan sudah meninggal dunia pada 2013.
Untuk menuju taman palereman ini bisa melewati jalan batu kapur (sebagian
dicor dan aspal). Dari arah Blora menuju Randublatung, tepatnya setelah Dukuh
Karangpace, Desa Klopoduwur belok ke kanan menyusuri kawasan hutan jati. Atau
dari pusat kecamatan Banjarejo ke timur lebih kurang 5 kilometer.
Nama Jati Kuning, adalah sebuah batang pohon jati yang diselamatkan oleh
Mbah Jamal kemudian diangkat, didirikan dan dibuat tugu di taman palereman Jati
Kuning.
Pohon jati itu, sebelumnya menggelantung akan roboh di tepi jurang. Setelah
roboh dan tenggelam di air kemudian diangkat.
Di taman Palereman Jati Kuning kerap didatangi warga untuk melakukan
meditasi atau ritual untuk menenangkan batin.
“Dari pihak keluarga Mbah Jamal tidak keberatan jika Jati Kuning
dikembangkan menjadi destinasi wisata berbasis kearifal lokal.
Harapannya, bisa mendorong geliat perekonomian warga masyarakat sekitar,”
kata Pukuh Setiawan yang juga menantu almarhum Mbah Jamal.
Di tengah adegan limbukan pertunjukan wayang kulit, Bupati Blora Djoko
Nugroho dan istri Hj Umi Kulsum tampil ke panggung pagelaran bersama
pelawak Jolang. Suasana cukup meriah dan semarak dengan canda tawa dan pesan
moral seperti imbauan patuh protokol kesehatan Covid-19.
“Terimakasih kepada penyelenggara yang telah memberikan hiburan kepada
warga masyarakat. Anggaran untuk wayang, tahun depan tetap berlanjut,” kata
Bupati Blora.
Hanya saja, kalau sebelumnya dilaksanakan di pendopo rumah dinas Bupati
Blora setiap malam Jumat Pon, maka kedepan Bupati Blora minta dimakmurkan di
stadium seni budaya Tirtonadi Blora yang telah dibangun dan ditata lebih
representative.
“Saya minta di stadium dimakmurkan. Setiap dua minggu sekali, ada
kethoprak, barongan, seni tari. Tolong dihitung anggarannya, kemudian diajukan
ke saya. Satu bulan dua kali pertunjukan,” kata Bupati Blora.
Apresiasi disampaikan oleh istri Bupati Blora Hj Umi Kulsum Djoko Nugroho.
“Saya sangat senang. Apalagi bisa silaturahmi dengan warga masyarakat di
desa Sidomulyo, ” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh anggota Komisi D DPRD Blora Siti Rochmah Yuni
Astuti. Menurutnya, selain untuk melestarikan tradisi bagi warga masyarakat
desa Sidomulyo juga bisa menjadi ikon untuk dikembangkan sebagai destinasi
wisata desa setempat.
“Jati Kuning sudah banyak dikenal publik. Tinggal bagaimana nanti
dikembangkan, baik untuk wisata edukasi dan pengembangan potensi berbasis
kearifan lokal yang bisa mengangkat ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Desa Sidomulyo Suyatman, menyatakan
dukungannya untuk mewujudkan kegiatan dan destinasi wisata taman Palerman Jati
Kuning.
“Sangat mendukung, Palereman Jati Kuning adalah salah satu kebanggaan desa
Sido Mulyo yang sudah banyak dikunjungi dan dikenal warga masyarakat,” kata
dia.
Sementara itu Suparmin, salah seorang tokoh masyarakat desa Sidomulyno yang
juga panitia penyelenggara menjelaskan kegiatan itu merupakan rutinitas setiap
Suro yang merupakan peninggalan almarhum Mbah Jamal.
“Sehingga para putra dan komunitas melanjutkannya setelah Mbah Jamal tidak
ada. Hanya saja semasa Mbah Jamal tidak ada kegiatan istoghosah sehingga ini
sifatnya kirim doa untuk arwah yang telah membangun komunitas ini,”
terangnya.
Sehingga para generasi penerusnya, merubah kebiasan sebelumnnya dengan
menambah tawasulan (kirim doa).
“Jadi ini acara kirim doa. Ini inisiatif dari komunitas dan keluarga.
Sebelumnya ketika Mbah Jamal masih hidup hanya wayangan. Maka sekarang
kita menambah acara untuk mendoakannya karena sudah membuat tempat Palereman
Jati Kuning,” jelasnya.
Pengamanan acara dilakukan ketat Polsek dan Koramil Banjarejo, Banser dan
Pemuda Pancasila. (Endah/TGH)
0 Comments
Post a Comment