INFOKU,BLORA -Sedikitnya
sudah ada tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Blora yang
sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah partai politik.
Tidak dipungkiri
Ketiga paslon tersebut bakal bersaing secara sengit dalam pesta demokrasi lima
tahunan tersebut.
Tentunya ketiga
paslon itu akan berkomitmen untuk menciptakan pilkada damai.
Proses politik
dalam pilkada merupakan upaya sadar dalam rangka untuk memilih pemimpin yang bertujuan
mensejaterahkan masyarakat yang dipimpin.
Oleh karena itu,
pelaksanaan pilkada yang bermartabat dengan mengedepankan suasana damai dan
aman merupakan aspek yang penting dan tidak boleh diabaikan.
Untuk itulah Umi Kulsum yang berpasangan dengan Agus Sugiyanto (UMAT) sudah jauh hari sebelum pendaftaran, telah mengusung tema “Karena kedamaian begitu berarti” yang didalamnya terkandung makna No Sara, No Hoax dan No Kampanye Hitam.
Menurut Umi Kulsum
yang saat ini istri Bupati Blora Djoko Nugroho, hal ini perlu diketahui sebagai
edukasi ke masyarakat, bahwa demokrasi harus sehat dan damai.
Dia sengaja mengajak masyarakat di era yang serba bebas sekarang ini seolah olah apapun boleh serba legal agar tetap mengedepankan pada etika sebagai orang indonesia yang berbudaya luhur.
“Ada batasan
batasan tertentu pada masyarakat Indonesia khususnya Blora saat ini, agar tidak
kebablasan dalam mengartikan kebebasan,” kata Umi Kulsum.
Lanjutnya, di era
sekarang, segala macam informasi dan berita seakan tidak ada lagi sekatnya.
Dengan sangat mudah
berbagai informasi itu dapat masuk semua orang tanpa pandang usia.
“Misalnya hanya
berawal dari sebuah informasi atau berita yang belum tentu benar atau kategori
berita hoax, seperti itu dapat
menimbulkan konflik komunal dan bahkan konflik sosial," tuturnya.
Maka kata umi,
ketika sudah timbul konflik dampaknya rasa aman dan tentram akan hilang.
Kerukunan di lingkungan pun terancam.
Secara faktual,
menurut Umi Kulsum, No Sara, No Hoax dan No Kampanye Hitam harus terus digelorakan
agar suasana aman, nyaman tenteram dan damai dalam melaksanakan Pilkada Blora.
Untuk itulah UMAT sangat mengedepankan
itu, membatasi semua tim dan relawan agar tidak terjebak dalam isu yang membawa
perpecahan di masyarakat.
“Karena kalau ini tidak dilakukan, masyarakat
Blora akan terpecah belah, dan saling menyakiti, dan rasanya gak perlu jika
untuk pilkada kita menjadi congkrah, adu mulut, lebih-lebih sampai putus
pertemanan, persaudaraan,” jelas Umi Kulsum.
Makna lebih
mendalam lagi, lanjut Umi Kulsum, momen
Pilkada hendaknya dijadikan momentum memperkuat kesadaran masyarakat untuk
menentukan pemimpin yang mengedapankan kesejateraan rakyatnya.
Adu Gagasan dan adu
Program
Pilkada Blora tahun 2020 hendaknya dimaknai sebagai
kompetisi ide dan prestasi untuk menjaga mutu pilkada sebagai perwujudan hak
politik rakyat.
Umi Kulsum juga
mengajak masyarakat agar Pilkada Blora nantinya sebagai sarana mengadu Gagasan
dan Program bukan provokasi semata.
“Saya berharap
Pilkada Blora dijadikan ajang adu Gagasan dan adu Program bukan menjadi arena
sara, hoax atau kampanye hitam,” tegasnya.
Dalam kontestasi
pilkada ini lanjut Umi, seharusnya diramaikan dengan perang Gagasan, ide atau
gagasan melalui diskusi seputar program Kerja sehingga bisa membuat masyarakat
Blora semakin tertarik mengikuti politik.
Hal inilah yang
akan menciptakan masyarakat menentukan
pilihannya pada Pilkada untuk memilih secara Nyaman, Rukun dan Damai, KARENA KEDAMAIAN BEGITU BERARTI.
Kedamaian Suatu daerah adalah modah besar
untuk membangun Blora Sejahtera dan bermartabat. (Endah/Agung)
0 Comments
Post a Comment