INFOKU, YOGYAKARTA – Pengembangan alat deteksi Covid-19
melalui embusan nafas oleh UGM, yakni GeNose,
kembali memasuki tahapan berikutnya.
UGM secara resmi
melakukan serah terima GeNose kepada
Kemenristek/BRIN, Kamis (24/9/2020).
GeNose dikerjakan
oleh tim ahli lintas bidang ilmu di UGM, yaitu Dr. Eng.
Kuwat Triyana, M.Si (FMIPA); dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A, M.Sc.,
Ph.D. (FKKMK); Dr. Ahmad Kusumaatmaja (FMIPA); dr. Mohamad Saifudin Hakim,
M.Sc., Ph.D (FKKMK); dan para mitra industri strategik yang berkomitmen dalam
penghiliran hasil riset dan inovasi kampus.
Sebagai alternatif alat deteksi Covid-19, GeNose memiliki keunggulan waktu deteksi yang jauh lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah.
Satu unit GeNose yang
diperkirakan seharga Rp40 juta dapat digunakan untuk 100 ribu pemeriksaan.
“Biaya yang
dikeluarkan per pasien jauh lebih murah daripada rapid test,” ujar Kuwat saat
dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (25/9/2020).
Sementara, dalam
hal kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia, GeNose mampu
mengeluarkan hasil tes tidak lebih dari 2 menit berupa positif atau negatif
Covid-19.
“Kalau sebelumnya
butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi
80 detik sehingga lebih cepat lagi,” kata Kuwat.
Menurut Kuwat, cara
kerja GeNose sangat berbeda dengan tes PCR yang
melakukan identifikasi dari jenis virus melalui RNA kemudian di-reverse menjadi
DNA.
“Ide awal alat ini,
nafas bisa memberi gambaran indikasi banyak penyakit. Gangguan ginjal, kanker,
paru bisa dianalisis dari embusan nafas dan sudah banyak yang melakukan,”
ungkapnya seperti disampaikan dalam Webinar Sonjo Jogja, belum lama ini.
Keuntungan GeNose lainnya,
lanjut dia, dalam proses pendeteksian tidak diperlukan tenaga kesehatan maupun
alat pelindung diri (APD).
Sebab, pasien hanya
tinggal mengembuskan nafas dalam sebuah kantong seperti balon dan tidak perlu
kontak dengan alat GeNose itu sendiri.
Pada Mei hingga Agustus
2020 alat ini telah menyelesaikan uji profiling atau kalibrasi dengan
melibatkan 615 profile.
Uji profiling menggunakan
sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus
Covid-19 Bambanglipuro Bantul yang hasilnya menunjukkan tingkat akurasi tinggi,
yaitu 97 persen.
Selanjutnya,
dilakukan tahap uji klinis tahap pertama dan saat ini GeNose tengah
memasuki uji klinis tahap kedua.
“Awal November
target kami merilis 200 unit. Selanjutnya dibutuhkan izin edar dari Kemenkes,”
ungkapnya.
Sementara, dilansir
dari laman web ugm.ac.id, peneliti GeNose lainnya, Dian
Kesumapramudya Nurputra memaparkan GeNose bekerja
mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena
adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui embusan nafas ke
dalam kantong khusus.
Selanjutnya,
diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan
bantuan kecerdasan artifisial (artificial intelligence).
Menristek/BRIN,
Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi alat deteksi Covid-19 lewat embusan nafas
yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM.
Dia mengatakan
pihaknya siap untuk mendukung uji klinis lanjutan GeNose.
“Risetl/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 siap memberikan dukungan upaya finalisasi GeNose dalam bentuk dukungan uji klinis tahap 2,” ucapnya.
Ia berharap GeNose bisa segera dimanfaatkan secara masif oleh masyarakat dan menargetkan setidaknya pada Desember 2020 alat ini dapat digunakan untuk skrining. (Mughnii/TRB)
0 Comments
Post a Comment