INFOKU, BLORA - Putri pasangan Gimin dan Adin yang diberi nama Alendra Primavea Dewi (11/Vea), warga Kelurahan Bangkle, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah hanya tiduran dengan pandangan mata kosong menatap langit-langit kamar rumah orang tuanya bercat biru.
Alenda tidak bisa menggerakkan tubuhnya secara normal. Orang tuanya yang berprofesi sebagai tenaga bangunan tiada henti terus berupaya mengobatkan putrinya agar dapat bergerak dan berjalan normal sebagaimana anak-anak lain.
Wabup Blora Arief Rohman (pegang Kepala anak-red) saat mengunjungi langsung Vea dirumahnya
Tetapi keterbatasan ekonomi dan informasi menjadikan
harus lebih sabar dan pasrah dengan kondisi putrinya ini. Adin, orangtua
Alenda mengisahkan anaknya lahir prematur.
"Anak saya biasa dipanggil Vea ini lahir prematur
dan sejak lahir tidak bisa bergerak normal, bisa duduk juga baru berusia 8
tahun," kata Adin, Selasa (11/8).
Sejak Vea bisa belajar duduk, orangtuanya memasukkan ke
TK. Dengan memakai kursi roda, Vea berbaur dengan teman-teman di TK. Di usia 10
tahun Adin mendaftarkan ke sekolah dasar.
"Untuk sementara kami mengajarinya membaca,
berhitung sendiri di rumah agar tidak ketinggalan pendidikan," tambahnya.
Wakil Bupati Blora Arief Rohman mendengar dari media
kondisi warganya itu, langsung mengajak Dinsos P3A, Baznas dan Balai Besar
Rehabislitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso
Surakarta untuk melihat langsung dan memberikan bantuan sosial kepada keluarga
ini.
"Tadi langsung dicek dan diukur agar bisa
dibuatkan alat bantu sekaligus melatih orang tuanya agar setiap hari bisa
melatih dik Vea bergerak dengan benar," kata Arief Rohman.
Pada pertemuan awal, ungkap Arief Rohman, diberikan
terapi seperti melatih meluruskan kaki dan mengangkat badan yang benar. Cara
berkomunikasi Vea pun normal.
Ia kini sudah bica membaca dan berhitung. Nantinya
Pemkan Blora alan mengawal pengobata Vea sehingga ia bisa berjalan normal meski
pengobatan bertahap.
Dari hasil pengecekan dari ahli terapi BBRSPDF
Surakarta, ternyata kaki kanannya masih bisa diluruskan.
Sedangkan kaki kiri karena sudah bertahun-tahun dalam posisi tertekuk maka butuh beberapa kali pelatihan dan alat bantu agar bisa lurus.
"Kita menunggu hasil pemeriksaan BBRSPDF terlebih dahulu, jika cukup dengan terapi maka akan dikawal proses terapinya di rumah sakit secara rutin. Namun jika butuh operasi maka Baznas dan Dinsos akan mengawalnya juga," tambahnya. (Endah/MI)
0 Comments
Post a Comment