INFOKU,
SEMARANG —
Sejumlah kepala daerah di Jawa Tengah masih enggan menyelenggaran tes massal
virus corona atau covid-19. Selain menjadi kekhawatiran, hal tersebut justru menyulitkan
pendeteksian penularan covid-19.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan, adanya hal tersebut, Ganjar mengaku sempat melakukan tes deteksi virus covid-19 secara diam-diam di salah satu daerah.
Bahkan, pada saat
digelar tes tidak mengetahui ada kepala daerah yang tidak tahu digelarnya
pelaksanaan tes tersebut.
“Hingga saat ini
jumlah kasus di Jateng (covid-19) terus meningkat karena kita giat melakukan
tes massal. Namun, beberapa daerah tidak mau melakukannya karena khawatir angka
kejadian di daerahnya membengkak,” beber Ganjar.
Pada saat menjadi
pembicara pada webinar yang diadakan Sekolah Pascasarjana Magister Epidemiologi
Universitas Diponegoro Semarang, pada Sabtu (1/8/2020), Ganjar menyampaikan
pihaknya meminta agar seluruh kepala daerah untuk jujur perihal penyebaran
covid-19 di wilayahanya. Ditegaskan oleh Ganjar, penyebaran covid-19 bisa cepat
ditangani dengan banyaknya tes massal.
“Sehingga persoalan
yang ada cepat bisa ditangani, tanpa harus menunggu sudah terjadi ledakan,”
imbuh Ganjar.
Diungkapkan oleh
Ganjar lebih detail, pihaknya sengaja menggelar tes secara diam-diam karena
kepala daerah di wilayah itu enggan melakukannya.
Bahkan, Ganjar juga
menandaskan bahwa ada kepala daerah yang bersangkutan sengaja tidak melakukan
tes massal demi citra.
Citra yang dimaksud
yakni dianggap sukses menangani atau memiliki wilayah bebas covid-19
“Yang mau saya
katakan adalah, hari gini para politisi membangun citra dengan cara
menyembunyikan data dengan tidak mengerjakan sesuatu (tes). Waduh-waduh ini
sesuatu yang berbahaya dan fatal,” tandasnya.
Padahal dia yakin
kasus covid-19 di daerah tersebut terus bertambah, namun sayangnya Pemda tidak
melakukan perekaman data.
Dari tes sementara
yang dilakukan tim Ganjar, ada tiga orang reaktif dalam sebuah kerumunan.
“Dapat tiga dari
satu kerumunan, baru satu kerumunan. Kepala daerah itu merasa daerahnya aman,
tidak perlu tes, tidak ada kepala daerah yang ngalahin, gitu, sombong sekali,”
ujar dia.
Ganjar juga
menyampaikan, dalam pencegahan penularan covid-19 diharuskan menerapkan 3T,
yaitu tracing, test, dan treatment.
“Kalau tidak
mencari dan tidak dilakukan tes, ya tidak kelihatan kasusnya,” imbuhnya.
Ganjar juga
menyebut penting bagi daerah membuka data, apalagi saat ini kasus di Jawa
Tengah terus meningkat.
Untuk itu, pihaknya
mengajak bupati dan wali kota agar menjaga integritasnya supaya virus corona
benar-benar bisa segera diatasi.
“Ini yang disebut
politik informasi dan data. Karena data di Jateng lebih tinggi dari catatan di
pusat, pusat lebih rendah, makanya harus ada komunikasi dengan intensif untuk
koordinasi. Buka datanya, fitting data lebih penting, kurangi delay data atau
cut of time data,” pungkas Ganjar.
Penting untuk
diketahui, angka penyebaran covid-19 tertinggi terjadi di di Semarang, Demak,
dan Jepara. Total kasus positif covid-19 per 3
Agustus 2020,
melalui corona. jatengprov.go.id, tercatat 9.735.
Rincian kasus
positif covid-19 di Jateng, yakni sebanyak 3.088 pasien dirawat, sebanyak 5.768
pasien sembuh, dan 879 pasien meninggal.
Sedangkan jumlah
pasien dalam pengawasan (PDP) covid-19 sebanyak 11.682, dengan rincian 1.112
dirawat; 8.957 sembuh, dan 1.613 meninggal. (Tanti/SU-JgS)
0 Comments
Post a Comment