Opini HUT RI ke 75 - Merdeka dari Conona

 (Penulis Drs.Ec. Agung Budi Rustanto – Pimpinan redaksi Tabloid Infoku Diolah dari 4 Sumber Berbeda)

 

Bangsa ini akan merayakan HUT Kemerdekaan ke-75, Senin, 17 Agustus 2020. Suasana kebatinan bangsa sedang mendua.

Harus ada optimisme agar bangsa ini tidak nglokro pada satu sisi. Namun, pada sisi lain, ada perasaan gundah gulana disertai pertanyaan: kapan bangsa ini merdeka dari Corona?

Mengingat Pandemi Corona Virus atau lebih dikenal covid-19 masih berlangsung dan di Indonesia masih menunjukan trend yang meningkat. Hal ini bisa jadi berita baik maupun sebaliknya.

Baiknya, karena fenomena penyakit di negara berkembang selalu menunjukan fenomena gunung es, pengungkapan kasus semakin terbuka dengan meningkatnya tes per hari dari 20 ribu menuju ke 30 ribu per hari.

Buruknya, hal ini menunjukan bahwa penyakit ini semakin menyebar dan menjangkiti 118.753 orang di Indonesia per 6 Agustus 2020.

Salah satu upaya untuk menangani pandemi ini adalah pembuatan vaksin. Sehingga penyakit ini bisa dicegah agar tidak menjangkiti dan memperburuk kondisi kesehatan seorang manusia.

Penyebarannya juga dapat dikendalikan jika ada vaksin. Memang, beberapa wabah penyakit terdahulu seperti SARS, MERS tidak ada vaksinnya dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya biaya dan ketiadaan investasi yang cukup terhadap penyakit tersebut. Walaupun pada akhirnya, penyakit tersebut tidak mewabah lagi sampai saat ini.

Berbeda dengan Covid-19, beberapa negara dan perusahaan multinasional mulai mengintensifkan  kemungkinan untuk pengadaan vaksin atas penyakit dan Pengembangan vaksin atas penyakit ini.

Pertama, pengembangan yang dilakukan oleh kolaborasi Biofarma-Sinovac-Unpad. Vaksin dari Cina ini akan dilakukan uji klinis di Bandung yang berbasis virus yang dimatikan.

Kemudian, vaksin dari Korea yang dikembangkan Genexine bekerjasama dengan Kalbe Farma, UI, dan LIPI yang basisnya DNA. Ketiga, ada vaksin merah putih yang dikembangkan LBM Eijkman yang basisnya protein rekombinan. Sejauh ini, perkembangan dari vaksin-vaksin tersebut sudah menunjukan hal yang progressif.

Namun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan vaksin ini. Pertama, tentu, pengembangan vaksin-vaksin tersebut perlu diapresiasi karena dilakukan sebagai upaya pengendalian penyakit yang cukup memporak-porandakan sistem kesehatan, sosial dan ekonomi bangsa ini.

Pengembangan vaksin ini jika berhasil akan sangat membantu dan membuat Indonesia akan pulih dari krisis yang ada saat ini.

Kedua, pengembangan vaksin ini tetap memperhatikan standar keamanan yang berlaku. Jangan sampai terjadi kasus pengembangan vaksin Dengue di Filipina oleh perusahaan asal Prancis, Sanofi Pasteur, terjadi di Indonesia.

Skandal tersebut mengakibatkan kematian banyak anak di Filipina. Tentu, kita harus mengantisipasi agar tidak terjadi peristiwa yang serupa terulang di Indonesia.

Ketiga, dalam kerjasama pengembangan vaksin ini, tentu harus memperhatikan prinsip mutual gain (sama-sama untung). Jangan sampai kita hanya dijadikan kelinci percobaan saja sebagai uji klinis vaksin akan tetapi selanjutnya dieksploitasi oleh negara-negara pembuat vaksin.

Sebagai contoh, syarat transfer teknologi merupakan syarat yang harus dipenuhi Cina dan Korea Selatan atau negara manapun jika ingin melakukan uji klinis di negara ini. Jika transfer teknologi telah bisa dipenuhi dan pembuatan vaksinnya berhasil, maka Indonesia bisa melakukan inovasi terhadap vaksin tersebut.

Harapannya, Indonesia tetap menjadi hub bagi pembuatan vaksin setidaknya untuk negara-negara Islam yang sudah dilakukan oleh Biofarma sampai saat ini. 

Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia tentu bisa bekerjasama dengan negara manapun yang menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia. Prinsip politik luar negeri yang bebas aktif dan idiom mendayung diantara dua karang tetap harus dilaksanakan dalam kerjasama pengembangan vaksin dengan Korea Selatan dan Cina.

Jangan sampai kita tergantung terhadap kedua negara tersebut akibat vaksin ini. Saling ketergantungan (interdependence) yang harus diaplikasikan dalam kerjasama ini. Karena Cina dan Korea butuh sampel uji klinis dan kita membutuhkan teknologi pengembangan vaksinnya.

Kesetaraan dalam berinteraksi merupakan syarat penting tercapainya hubungan yang saling menguntungkan.

Berhubung uji klinis untuk vaksin asal Cina akan dilakukan di Bulan Agustus ini bertepatan dengan bulan merdekanya bangsa ini.

Harapannya, bisa menjadikan bangsa ini merdeka atas pengembangan vaksin penyakit Covid-19 sehingga dapat meraih manfaat yang besar dari proyek ini.

Jika berhasil, maka pengendalian penyakit bisa dilakukan dan Indonesia bisa merdeka dari “jajahan” penyakit covid-19. ###

Baca model tabloid 
Gambar Klik Kanan, pilih buka Link baru

Post a Comment

0 Comments