INFOKU,BLORA
- Petani di dua desa di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah,
yakni Desa Kapuan dan Cabean, menolak beroperasinya tambang
pasir darat.
Sebab,
lokasi tambang pasir berada di tengah areal persawahan produktif.
Selain itu, tidak ada sosialisasi kepada warga, mulai dari awal sampai sekarang
ini.
Peristiwa penolakan
itu, sempat terjadi pada bulan November 2019 lalu lantaran alat berat tiba-tiba
datang dan menerjang sawah warga untuk mengambil contoh material.
Minggu lalu,
petani kedua desa di Blora tersebut kembali berkumpul untuk berjaga dan meminta
kejelasan dari penanggung jawab tambang pasir. Namun tidak ada yang menemui
mereka. Sementara, alat berat dihentikan untuk parkir dan tidak dioperasikan.
"Kemarin,
Sabtu (25/7/2020), tiba-alat berat (ekskavator) didatangkan lagi. Baru berjalan
hingga lahan bengkok. Warga langsung menghentikan dan meminta untuk
kembali," Kata Zamroni (38).
Perbuatan nekat
pihak penambang pasir darat, memancing reaksi warga. Mereka curiga
tambang pasir akan beroperasi.
Pernah
Ditolak Warga
"Dulu sudah
ditolak warga, tapi sekarang kembali lagi," ucapnya.
Pernyataan tegas disampaikan Petani Desa
Cabean. Mereka minta, tambang ditutup.
"Yang kami
inginkan tambang ditutup. Jangan beroperasi," ucap Kusyanto, yang mengaku
sawahnya berada 100 meter dari lokasi tambang.
Penolakan itu cukup
beralasan. Sebab selain berada di tengah sawah produktif, ada kecurigaan jika
operasi tambang tersebut bakal meluas sehingga memicu longsor lahan sekitarnya.
"Pengairan
jelas terganggu. Karena pasir dan batuan cadas sebagai penampungan air bakal
dikeruk," kata dia.
Menurut dia,
kedalaman galian bisa mencapai 30 meter di bawah permukaan tanah. Sebab, pasir
yang bagus jauh berada di bawah permukaan. Itu diketahui saat dia membuat sumur
cubin untuk kebutuhan pengairan sawah.
"Saya sendiri
tahu, karena di bawah tanah sawah saya terdapat pasir bagus untuk bahan
bangunan," ujarnya.
"Dulu sudah
ditolak warga, tapi sekarang kembali lagi," ucapnya.
Pernyataan tegas
disampaikan Petani Desa Cabean. Mereka minta, tambang ditutup.
"Yang kami
inginkan tambang ditutup. Jangan beroperasi," ucap Kusyanto, yang mengaku
sawahnya berada 100 meter dari lokasi tambang.
Penolakan itu cukup
beralasan. Sebab selain berada di tengah sawah produktif, ada kecurigaan jika
operasi tambang tersebut bakal meluas sehingga memicu longsor lahan sekitarnya.
"Pengairan
jelas terganggu. Karena pasir dan batuan cadas sebagai penampungan air bakal
dikeruk," kata dia.
Menurut dia,
kedalaman galian bisa mencapai 30 meter di bawah permukaan tanah. Sebab, pasir
yang bagus jauh berada di bawah permukaan. Itu diketahui saat dia membuat sumur
cubin untuk kebutuhan pengairan sawah.
"Saya sendiri
tahu, karena di bawah tanah sawah saya terdapat pasir bagus untuk bahan
bangunan," ujarnya.
Tak
Ada Perangkat Pemerintahan
Ironisnya, di
lokasi tidak ada dari perangkat desa maupun pihak kecamatan.
"Saya juga
tidak habis pikir kenapa dari desa di saat seperti ini tidak ada. Dan dari
kecamatan diam saja," dia mengungkapkan kekesalannya.
Kesempatan
terpisah, Kepala Desa Kapuan, Hariyono mengatakan sudah mengetahui penolakan
tambang pasir oleh warga. Bahkan, sudah pernah dilakukan mediasi oleh Pemkab
Blora tahun 2019 lalu.
"Saya juga
sudah sampaikan, bahwa kegiatan penambangan itu dari awal tidak pernah
sosialisasi," ucap Hariyono.
"Bagaimana pun
juga, saya sebagai kepala desa ikut warga saya. Jika warga saya menolak, saya
juga menolak," katanya lagi.
Hal yang sama juga
disampaikan Kepala Desa Cabean, Kismiati. Dia juga mendukung warganya untuk
menolak tambang tersebut. Sebab, sawah memang menyangkut hajat hidup orang
banyak."Tahun lalu. Kami pernah membuat berita acara
penolakan," Kismiyati menegaskan.(Endah/LIP6)