INFOKU Yogyakarta

Akan Ada Distorsi yang Fatal Bila Skripsi Digantikan
INFOKU, YOGYAKARTA - Dalam kondisi pandemi virus corona yang masih merebak, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta memberikan keringanan kepada mahasiswa untuk mengganti skripsi dengan mata kuliah lain yang setingkat.  
Sebelumnya, Kepala Bagian Akademik Kemahasiswaan dan Sumber Daya LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta, Tunggul Priyono, menegaskan bahwa skripsi bukan ditiadakan, namun dialihkan dengan mata kuliah yang setingkat lainnya, semisal kerja praktik.
Tunggul juga menjelaskan tidak ada dasar hukum atau pun surat edaran terkait penerapan kebijakan tersebut di setiap kampus.
“Dasar hukum memang tidak ada, artinya ini kebijakan dari LLDIKTI supaya menempuh itu,” ungkap Tunggul, Kamis (2/7/2020).
Menanggapi hal itu, beberapa pakar pendidikan menyatakan anggapan yang berbeda.
Guru besar dari Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, Danisworo, mengatakan skripsi tidak bisa digantikan dengan mata kuliah yang lainnya. 
Namun, ia menyetujui adanya kelenturan dalam pengerjaan skripsi di masa pandemi.
“Kalau hanya dengan tugas kuliah ini kok rasanya kurang ya. Sekarang ini lebih pas kalau ada pengaturan, tetapi bukan peraturan. Jadi ada kelenturan (dalam pengerjaan skripsi),” ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (3/7/2020).
Dosen yang juga merupakan Ketua Dewan Pendidikan DIY itu menilai skripsi penting dikerjakan karena dari situ mahasiswa bisa menerapkan ilmu yang didapat sepanjang perkuliahan sebelumnya, bagaimana mengumpulkan dan menganalisa data, lalu menjawabnya di dalam kesimpulan.
“Tapi sekarang di kondisi pandemi ini bisa dengan pengaturan. Misalnya, kalau dulu memakai data primer, sekarang bisa data sekunder. Yang penting mahasiswa bisa menjelaskan masalahnya apa, kemampuan mahasiswa mampu menganalisis, lalu menyimpulkan, mengatasi masalah itu harus ada,” tuturnya.
Ia pun menduga bahwa pihak LLDIKTI mengeluarkan pernyataan tersebut karena hanya terpancing memberi komentar.
“Yang penting prinsipnya mahasiswa jangan dirugikan dengan kondisi pandemi ini, misalnya lulusnya jadi harus terlambat. Kalau kualitasnya kurang ya nggak apa-apa karena kondisinya darurat seperti ini,” bebernya.
Ada Distorsi yang Fatal
Terpisah, Pakar Kebijakan Pendidikan UNY, Arif Rohman, menyatakan hal yang senada.
Ia menjelaskan, mata kuliah skripsi berbeda dengan mata kuliah lain karena kekhasannya masing-masing.
Secara umum, lanjut Arif, ada jenis-jenis mata kuliah. Antara lain mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK), mata kuliah keahlian berkarya (MKB), mata kuliah perilaku berkarya (MPB), dan mata kuliah berkehidupan bersama (MBB).
“Atau ringkasnya ada mata kuliah yang membekali pengetahuan keahlian dan keterampilan keahlian, serta mata kuliah etika dan pengembangan kepribadian. Posisi mata kuliah skripsi merupakan titik kulminasi pada integrasi semua mata kuliah tersebut yang nantinya mahasiswa dapat mewujudkan keahlian dan keterampilan itu dalam bentuk karya ilmiah hasil penelitian yang disebut skripsi,” paparnya.
Oleh karena itu, jelas dia, akan terjadi distorsi yang fatal bila mata kuliah skripsi digantikan dengan mata kuliah teori, atau mata kuliah magang.
“Bila diganti dengan mata kuliah teori akan terjadi repetisi kompetensi kognitif-deduktif mahasiswa, sementara bila diganti dengan mata kuliah magang akan melahirkan praktik kepatuhuan ritual di tempat magang yang kering pengembangan inovasi pada diri mahasiswa,” ungkapnya.
“Oleh karena itu, bagaimana pun juga skripsi harus dipertahankan dengan berbagai adaptasi kondisi dan fleksibilitasi akibat adanya wabah pandemi ini,” pungkas Arif. (Mughnii/TRB)
Baca model tabloid 
Gambar Klik Kanan, pilih buka tautan baru