Ganjar Ungkap Penularan Corona Klaster di Jateng dihadapan Jokowi

INFOKU,SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, membeberkan sejumlah kasus penularan virus corona yang dianggap menonjol di sejumlah wilayah di provinsi ini.
Beberapa di antaranya yakni klaster ASN Pemprov Jateng, pegawai PLTU, dan pasar tradisional di Kota Semarang.
Lalu panti lanjut usia dan polres di Rembang, tenaga kesehatan dan pegawai PLTU di Jepara.

Serta klaster Gowa dan Temboro yang tersebar di hampir semua kabupaten/kota di Jateng.
"Klaster yang menonjol yakni ASN pemprov yang dimulai dari keluarganya.
Karena (anggota) keluarganya bertemu dan ada yang positif," kata Ganjar di depan Presiden Joko Widodo di Semarang, Selasa lalu.
Penderita yang berasal dari klaster ini, kata dia, sudah dilakukan tindakan segera.
Yakni langsung mengkarantina ASN yang terkonfirmasi positif corona Covid-19.
Terkait klaster polres di Rembang, Ganjar menerangkan sudah berkoordinasi dengan Kapolda Jateng agar penderita diisolasi.
"Selebihnya yang terus kami ajak bicara adalah klaster Ijtima Gowa dan Temboro," ucapnya.
Klaster kasus baru ini, diungkapkan Ganjar diketahui setelah dilakukan tracing dan pemeriksaan secara masif dengan tes PCR (polymerase chain reaction).
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, menyatakan terkait klaster ASN pemprov, total ada 30 orang penderita.
"Semuanya OTG (orang tanpa gejala)," jelasnya.
Meskipun demikian, meski jadi sumber penularan virus corona, kantor Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak ditutup.
Hanya dilakukan sejumlah upaya antisipasi untuk memutus rantai penularan.
"Kantor tidak harus ditutup. Tapi sudah dilakukan penyemprotan disinfektan dan protokol kesehatan semakin diperketat, jaga jarak dan cuci tangan," jelasnya.
Jokowi datangi Jateng
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa strategi intervensi berbasis lokal paling efektif dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. 
Hal itu disampaikan Presiden saat meninjau Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 di Jawa Tengah (Jateng), Selasa, (30/6/2020).
"Mengkarantina, mengisolasi RT, mengisolasi RW mengisolasi kampung atau desa itu lebih efektif daripada kita mengkarantina kota atau kabupaten. Ini lebih efektif," kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden berharap semua daerah menggunakan strategi tersebut dalam menanggulangi Covid-19 sehingga tingkat penyebaran virus dapat menurun. 
"Jadi strategi ini agar kita pakai bersama-sama, sehingga kita harapkan terjadi penurunan (reproduksi virus) RT maupun R0," katanya.
Presiden berharap pada Juli mendatang semua elemen, pemerintah pusat, pemerintah daerah, Gugus Tugas bekerja keras dalam menanggulangi Covid-19.
Sehingga penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tersebut menurun di semua daerah termasuk di Jateng.
"Dan Insya Allah ekonomi kita bisa merangkak kepada  sebuah pertumbuhan yang normal kembali," pungkasnya.
New Normal
Presiden Jokowi juga mengingatkan kepala daerah dan gugus tugas daerah agar dalam membuka tatanan baru atau adaptasi kebiasaan baru, harus berdasarkan data ilmiah dan saran para pakar.
Hal itu disampaikan Presiden saat mengunjungi Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 Jawa Tengah (Jateng) di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Jateng, Selasa, (30/6/2020).
"Saya titip jangan sampai membuka pada tatanan baru new normal tetapi tidak melalui tahapan-tahapan yang benar. Setiap kita membuat kebijakan setiap kita membuat policy betul-betul tolong yang namanya data science itu dipakai," ujar Presiden.
Presiden juga mengingatkan agar dalam membuka tatanan baru atau new normal jangan dipaksakan.
Apabila belum layak dan memungkinkan secara ilmiah dan saran pakar, maka new normal jangan diterapkan.
"Jangan sampai kita berani membuka masuk ke new normal tetapi keadaan datanya masih belum memungkinkan, jangan dipaksa sehingga tahapan-tahapan, harus betul-betul disiapkan," katanya.
Tahapan tersebut diantaranya yakni adanya fase prakondisi, mulai dari sosialisasi hingga simulasi.
Setelah prakondisi maka selanjutnya yakni penentuan atau timing new normal. 
"Timingnya harus tepat. jangan sampai Rt nya masih tinggi diatas 1, R0  masih tinggi kita sudah berani buka, hati-hati jangan membuat kebijakan tanpa sebuah data science yang jelas," katanya.
Setelah timing, maka selanjutnya yakni penentuan prioritas sektor penerapan new normal.
Apakah sektor industri terlebih dahulu, sektor pariwisata, atau sektor lainnya yang memungkinkan. 
"Tetapi juga mungkin masih dibatasi kalau kapasitas biasanya 1000, ya 500 dulu. Tidak usah tergesa-gesa yang karena yang kita hadapi ini dua, kesehatan dan ekonomi yang semuanya harus berjalan dengan baik," katanya.
Setelah semuanya dilalui, menurut Presiden harus ada evaluasi yang dilakukan setiap minggu atau dua minggu sekali.
Kalau penerapan new normal membuat kasus positif melonjak, maka harus dicabut kembali. 
"Kalau memang keadaannya naik ya tutup lagi harus berani seperti itu harus berani memutuskan seperti itu," pungkasnya.(Erfin/TRB)