INFOKU,BLORA - Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora menyatakan sudah melakukan pemeriksaan
specimen polymerase chain reaction swab test (Swab Test PCR) sejumlah 323
orang. Adapun rapid test sudah melakukan sebanyak 4.176 orang.
“Ini
merupakan salah satu hasil kinerja surveiller kesehatan masyarakat, yang kita
kerjakan sudah cukup banyak” ucap Plt Kepala Dinkes Lilik Hernanto, dalam
konferensi pers di media center posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP)
Covid-19 Kabupaten Blora, Jumat (19/6/2020).
Dalam tiga hari
terakhir, menurut Lilik, ada peningkatan yang dinilai cukup mengejutkan,
dibandingkan dua minggu lalu yang stagnan di angka 30 kasus positif Covid-19,
kemudian dua hari lalu ada penambahan 11 kasus, dan kemarin ada satu kasus.
“Jadi total sampai
hari ini ada 43 kasus positif Covid-19,” jelasnya.
Selain itu, ada
penambahan kasus meninggal satu orang sehingga jumlah yang meningagl menjadi
empat orang.
“Kita punya pasien
PDP yang dirawat di rumah sakit Rembang dengan penyakit penyerta. Satu orang di
wilayah kecamatan Japah dan satu orang di kecamatan Blora yang kemarin
meninggal dunia. Jadi kita tidak tahu, tiba-tiba ada info dari rumah sakit
Rembang bahwa ada tambahan warga kita yang positif swab PCR,” ungkapnya.
Dari tambahan kedua
kasus itu, lanjutnya, sudah ditindaklanjuti melakukan tracing kepada anggota
keluarga.
“Mudah-mudahan
tidak ada yang positif. Demikian juga dengan satu kasus bayi berusia tiga
bulan. Ini juga cukup memprihatinkan kita,” kata dia.
Riwayatnya, bayi
tersebut dirawat di rumah sakit Purwodadi selama kurang lebih 12 hari. Swab
testnya sudah diambil, namun belum sempat hasilnya keluar yang bersangkutan
sudah diperbolehkan pulang ke Todanan.
“Dan swab test nya
keluar hasilnya positif. Jadi kita baru punya kasus bayi positif, dan kemarin
juga sudah kita lakukan tracing terhadap keluarga untuk kita swab, supaya nanti
juga bisa diketahui darimana penularannya. Mudah-mudahan tidak ada penularan di
keluarga,” jelasnya.
Dikatakannya, ada
beberapa perhatian khusus dan pertanyaan tentang 16 pasien Covid-19 yang pulang
dari klinik Bakti Padma dari kluster Temboro.
“Sebelumnya ada
satu orang, kalau ditotal ada 17,” ucapnya.
Menurut Lilik,
secara medis, belum dinyatakan sembuh, karena sembuh itu ada dua indikator.
“Indikator klinis
memang tidak sakit, tetapi indikator laboratorium harus negatif swab PCR selama
dua kali berturut-turut. Namun saudara-saudara kita itu masih positif. Artinya
mereka masih beresiko untuk menjadi sakit karena di dalam tubuhnya masih ada
virus Covid-19” tandasnya.
Saat ini, memang
tidak ada gejala, tapi suatu ketika dia beresiko untuk menjadi sakit yang
justru diingatkan supaya hati-hati.
“Walaupun di rumah,
hati-hati, virusnya masih ada. Jangan sampai nanti kalau sakit diam saja.
Tetapi harus melapor ke fasilitas kesehatan, khususnya ada ganguan pernafasan,
sesak nafas,” pesannya.
Selain itu beresiko
juga terhadap keluarga yang merawat dan masyarakat sekitar. Jadi, isolasi mandiri
boleh tetapi harus disiplin dan ketat.
“Keluarga harus
memantau dengan disiplin, jangan sampai penderita ini keluar rumah dengan bebas
sebelum dinyatakan sembuh secara laboratorium dua kali berturut-turut. Ini
penting karena beresiko bisa menularkan ke orang lain,” terangnya.
Pihaknya meminta
batuan dari kepala desa, camat, tim Gugus dan Puekesmas memantau mereka yang
isolasi mandiri dan pengobatannya.
“Bukan hanya diam
saja di rumah, tetapi harus meningkatkan daya tahan tubuh, asupan gizinya harus
dipenuhi. Nutrisinya yang baik, ada sayur buah dan kalau perlu ada vitamin.
Termasuk psikologisnya, diharapkan juga bagus, tidak sterss, sehingga segera
sembuh,” jelasnya.
Lilik menyatakan
optimis bahwa ke 17 penderita Covid-19 itu bisa segera sembuh sehingga bisa
beraktivitas seperti biasa.
“Untuk masyarakat
sekitar, kami mohon bantuan, kita tidak boleh terlalu takut berlebihan,”
imbaunya.
Asal kita tidak
kontak erat, tidak berdekatan, selalu pakai masker, menjaga jarak, tidak
bersalaman, mencuci tangan pakai sabun sesering mungkin, itu sudah bisa
mencegah terjadinya penularan.
“Mari kita semuanya
tetap tetang, kita tunjukkan masyarakat yang bergotong royong, jogo tonggo,
seperti yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah,” ujarnya.
Yaitu ikut menjaga
saudara-saudara kita. Bukan mendiskriminasi, bukan mendiskriditkan, mengucilkan
mereka.
Dalam program jogo
tonggo ini, nantinya semua desa akan mendapatkan sarana dan prasarana dari
provinsi, yaitu peralatan APD dan sebagainya untuk masing-masing desa yang bisa
digunakan untuk memantau saudara-saudara kita yang baru masuk dari desa itu,
memantau yang sakit dan isolasi mandiri.
“Itu desa yang
berperan,” ucapnya.
Kita siap new
normal, yaitu setiap keluar rumah pakai masker, mencuci tangan sesering
mungkin, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
“Itulah perilaku
baru yang harus kita budayakan. Tidak berarti normal seperti biasanya. Kita
bisa kembali beraktivitas, produktif tetapi ada syaratnya, yaitu perilaku baru
seperti yang dimaksud harus menjadi budaya,” tandasnya. (Trisiana/KOM)