Jelajah Sejarah Blora


Jelajah Sejarah MGMP Sejarah SMA Kabupaten Blora
INFOKU, BLORA - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA se Kabupaten Blora, Jawa Tengah melaksanakan jelajah sejarah lokal di wilayah kabupaten setempat. Agenda tahunan ini dihelat bertujuan untuk menambah pengayaan materi pembelajaran kepada siswa.

Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Blora, Sri Wahyu Dini Astari, mengatakan kegiatan jelajah sejarah kali ini dilaksanakan di situs Ngandong, Situs Goa Sentono dan Situs Sunggun. Ketiga lokasi berada di wilayah kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Kamis (7/11/2019). 

“Jadi ini agenda rutin MGMP Sejarah, yang diikuti oleh guru sejarah SMA se Blora, ada 35 guru yang ikut acara ini agar pengetahuan sejarah makin bertambah, khususnya sejarah lokal dengan melihat secara langsung,” katanya.

Dikatakannya, jelajah sejarah dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Kepemudaan Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) kabupaten Blora.

Hal senada dikatakan oleh Sekretaris MGMP Sejarah SMA, Hesti Prihantini. Menurutya, dengan agenda jelajah sejarah, para guru tidak hanya menyampaikan materi dari literasi buku saja, melainkan telah membuktikan secara langsung ke lokasi sejarah.

“Kegiatan ini dilaksanakan dua kali setahun. Semester ganjil di dalam kabupaten Blora, kemudian untuk semester genap di luar kabupaten Blora,” ujarnya.
Tentu saja, lanjutnya, sangat berkesan setelah melihat dan mengunjungi langsung ke lokasi dengan dipandu petugas dari Dinporabudpar Kabupaten Blora.
Untuk situs Ngandong, menurut Hesti, mengapresiasi bangunan cagar budaya yang dulu digunakan penelitian ditemukannya homo erectus progresif.
“Berdasarkan data, penelitaannya dilakukan oleh C. Ter Haar, WFF Oppenoorth, dan GHR Van Koenigswald pada tahun 1931-1933 yang telah menemukan 11 tengkorak manusia,” ujarnya.

Masih menurut Hesti, sudah sewajarnya situs cagar budaya Ngandong mendapat perhatian dari sejumlah pihak terkait agar tetap terjaga.
“Ini perlu merubah mindset, agar tetap terjaga dan terawat dengan baik,” katanya.

Usai dari Ngandong, rombongan mengunjungi situs di Dusun Sunggun, Desa Medalem tempat ditemukannya fosil vertebrata di Indonesia (Jawa), individu lengkap, yakni fosil gajah Elephas Hysudrindicus pada tahun 2009.

“Fosil Elephas Hysudrindicus disimpan di museum geoligi Bandung, dan Blora ada replikanya yang dipasang di utara Alun-Alun Blora,” jelas Lukman Wijayanto, petugas dari rumah artefak Dinporabudpar Kabupaten Blora.

Pada kesempatan yang sama Kepala Seksi Sejarah dah Purbakala Dinporabudpar Eka Wahyu Hidayat, menjelaskan, hasil kajian tim museum geologi Bandung, paling spektakuler, pada umumnya, gajah Blora hampir sama dengan gajah di Indonesia.

“Namun, gajah yang sudah berusia 250.000 tahun yang lalu ini lebih tinggi empat hingga lima meter. Sementara berat gajah Blora ini diperkirakan sekitar 6 sampai 8 ton,” ujarnya.

Jelajah sejarah berikutnya di situs Goa Sentono. Para pendidik sejarah SMA pun terpikat dengan keelokan nuansa Goa Sentono yang telah dibangun sehingga nyaman bagi pengunjung.

Mereka mendapat penjelasan, di antaranya adanya batu bata bekas bangunan akhir kerajaan Majapahit dan disinggung folklor Blacak Ngilo. Selain itu, juga mengunjungi Goa Sentono untuk melihat dari dekat dan membuat dokumentasi.
Ditempat yang sama, dengan menggandeng komunitas Go Green Blora, MGMP Sejarah SMA Blora membantu aneka bibit pohon untuk ditanam di sekitar lokasi Goa Sentono.

Secara simbolis bibit pohon diserahkan oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar, M Solichan Mochtar, mewakili Kepala Dinporabudpar Slamet Pamuji, kepada perwakilan Komunitas Go Green yang selanjutnya ditanam di sekitar lokasi.

Pihaknya mengapresiasi kegiatan penghijauan yang dilakukan oleh MGMP Sejarah SMA Kabupaten Blora bersama Komunitas Go Green.

“Kata kuncinya, menanam itu lebih gampang daripada merawat. Oleh karena itu mari bersama kita rawat agar ke depan lebih rindang dan nyaman,” ujarnya.
Menanggapi agenda jelajah budaya MGMP Sejarah SMA, menurut Solichan, merupakan kegiatan sinergitas yang baik untuk menjalin kemitraan secara bekelanjutan.

“Blora sudah punya rumah artefak, ini merupakan embrio rintisan museum Blora. Silahkan diikuti informasinya melalui sosial media, di antaranya melalui akun instagram,” katanya. (Endah/KOM).