Nada Bicara Ganjar
Pranowo Meninggi di Depan Wakil Kepsek SMK
INFOKU,SEMARANG GubernurJawaTengah, Ganjar Pranowo mempertanyakan
pihak sekolah yang terkesan membiarkan sejumlah aksi demo di Jateng yang
diikuti pelajar.
Seharusnya,
lanjut Ganjar, ada upaya pencegahan dari pihak sekolah
"Kalau
tahun depan Rp 1,6 triliun anggaran ditambahi buat njenengan, untuk sekolah,
tapi hasilnya gini gimana?" tegas Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo dengan
nada agak tinggi di depan sejumlah Wakil Kepala SMK di SMKN 7 Semarang, Selasa
(1/10/2019).
Tidak
sedikit aksi yang diikuti pelajar bercampur dengan mahasiswa itu berujung
bentrok dan kericuhan.
Ia
memberikan contoh kasus bentrok di Kota Magelang yang berakhir ricuh
antarpelajar.
Menurutnya,
hal tersebut ada pihak tak bertanggung jawab yang ingin menciptakan situasi
kacau.
Ada
yang mengajak pelajar tersebut untuk demo dan mengadu mereka dengan sekolah
lain agar tawuran.
"Itu
kan ada yang mengajak lalu sepulang demo, mereka tawuran. Itu sangat
jahat," ujarnya.
Kemudian
di Jakarta, lanjutnya, dimana ada orang yang mengenakan seragam pelajar dan
ikut demo, padahal ia bukan pelajar.
"Ada
yang tatoan, umurnya 22 tahun, mereka pinjam seragam dan dibayar Rp40.000
sampai Rp200.000. Ini bukti bahwa ada yang sengaja masuk ke sana dan
menggerakkan," tegasnya.
Dirinya
menduga, ada pihak-pihak yang memang sengaja ingin mengacaukan republik ini.
Apalagi
sekarang ini, isu demo bergeser, dari yang awalnya menolak revisi UU KPK dan
RKUHP, menjadi isu untuk melengserkan presiden.
Pihaknya
meminta seluruh kepala sekolah dan
guru di Jateng untuk mengawasi anak-anak didiknya.
Serta
memberikan pemahaman persoalan itu.
"Jangan
dimarahi, diajak bicara saja. Komite sekolah juga harus proaktif turun sampai
ke orang tua siswa agar mereka tahu dan ikut memberikan pengawasan,"
imbuhnya.
Politisi
PDIP itu juga meminta semua siswa di Jateng untuk tidak ikut dalam aksi
demonstrasi di jalanan.
Mereka
diminta fokus belajar dan berdemo dengan cara yang baik.
"Demo
ala pelajar itu demo prestasi, misalnya juara lomba apa, itu demo. Kalau toh
memang ingin mempelajari politik praktis, silahkan saja. Yok debat terbuka,
kampanye pemilihan ketua OSIS, misalnya. Saya rasa itu lebih baik,"
katanya.
Ia
pun meminta forum kepala sekolah itu merumuskan
tindakan pencegahan atas permasalahan itu.
Sementara
itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah akan melakukan
koordinasi dengan semua wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan
se-Jateng terkait antisipasi pelajar yang ikut demo.
Kepala
Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Jumeri, menuturkan akan merumuskan konsep untuk
mengantisipasi demo yang diikuti pelajar sesuai instruksi dari Gubernur
Jateng, Ganjar Pranowo.
"Saat
ini kan, demo pelajar rawan disusupi. Pakai seragam sekolah, tapi tidak tahu
dari sekolah mana, eh ternyata bukan pelajar," kata Jumeri.
Satu
cara yang akan dilakukan yakni wakasek menjadi 'among tamu' saat terjadi demo.
Mereka akan turun dan mengawasi langsung.
"Nanti
kalau ada info demo, wakasek bidang kesiswaan datang dan mengawasi apakah anak
didiknya ikut demo atau tidak. Kalau pelajar asli, lihat wakaseknya ada di
lokasi demo, pasti dia langsung pulang, nggak berani," jelasnya.
Diharapkan
wakil kepala sekolah bisa
mengidentifikasi anak didiknya saat demonstrasi terjadi.
Hal
itu, kata dia, untuk mencegah penyusup yang mengatasnamakan pelajar dan membuat
keonaran.
"Kalau
diidentifikasi dia bukan pelajar, aparat bisa langsung tangkap," ujarnya.
Upaya
pencegahan juga harus dilakukan pihak sekolah dengan memberikan pemahaman
kepada siswa didik.
Ia
menambahkan, belasan pelajar sempat ditangkap aparat keamanan usai berdemo yang
berakhir ricuh di Kota Magelang.
"Sempat
ditangkap, tapi sekarang sudag dilepaskan," imbuhnya. (Tanti/TRB)
Baca Model tabloid ....?
Gambar Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru
Gambar Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru