DLH Terapkan Pengelolaan Sampah Dengan Metode BSF
INFOKU, BLORA -Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Blora, Jawa Tengah melakukan inovasi penanganan
sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA) menerapkan pengelolaan sampah dengan
metode BSF (Black Soldier Fly) atau sering disebut Lalat Tentara Hitam.
Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Blora, Dewi Tedjowati mengemukakan, sampah telah
menjadi ancaman besar kelestarian lingkungan yang dampaknya sangat merugikan
manusia.
Beragam inovasi
dan kreativitas terus dilakukan agar jumlah sampah di sebuah wilayah bisa
ditekan sehingga tidak merugikan kesehatan manusia.
“Salah satu
inovasi baru untuk penanganan sampah yang kini dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Blora, yakni menerapkan pengelolaan sampah dengan metode BSF
(Black Soldier Fly) atau sering disebut Lalat Tentara Hitam,” kata Dewi
Tejowati, di Blora, Selasa (15/1/2019).
Lalat tersebut
dimanfaatkan untuk membantu penguraian sampah yang ada di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah di Desa Temurejo, Kecamatan Blora.
“Sehingga
sampah organik bisa terurai dan ramah lingkungan,” jelasnya.
Dengan inovasi
itu, ia berharap jumlah sampah di Kabupaten Blora yang setiap hari bertambah
bisa segera terurai secara alami dengan menggunakan metode BSF.
“Metode BSF
efektif untuk mengurangi volume sampah di TPA, jadi metode ini bisa menjadi
solusi permasalahan pengolahan sampah di Kabupaten Blora. Harapannya kedepan
tidak hanya untuk sampah di TPA Temurejo saja, namun juga TPA sampah lainnya,”
ujarnya.
Kepala Bidang
Kebersihan, Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, DLH
Kabupaten Blora, Didik Triarso menyatakan bahwa inovasi ini mulai diterapkan
dan terbukti mampu mengurai sampah lebih cepat dan efisien.
“Kami terus
berfikir bagaimana agar jumlah sampah di Blora bisa dimusnahkan tanpa
menyebabkan pencemaran lingkungan. Akhirnya kami memilih dengan metode BSF
ini,” katanya.
Sementara itu,
Kepala Seksi Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Blora, Prih Hartanto menjelaskan
bahwa lalat tentara hitam tersebut tidak dilepas begitu saja, namun diternak
atau dikembangbiakkan dalam kawasan khusus terlebih dulu.
“Pengembangbiakan
lalat hitam ini untuk menghasilkan maggot atau belatung. Belatung dari lalat
hitam inilah nanti yang akan bekerja untuk mengurai sampah, sehingga volume
sampah akan berkurang dan mengurangi bau sampah,” jelasnya.
Menurutnya, BSF
dikembangbiakkan di tempat yang disebut nursery. Setelah lalat bertelur,
kemudian telur dipisahkan dan ditempatkan ditempat yang berbeda untuk proses
penetasan.
Setelah menetas
dan berusia lima hari diletakkan pada sampah organik.
“Setelah 10
hari, maka larva tersebut sudah dapat dipanen dan ditebarkan ke tumpukan sampah
untuk bekerja mengurai sampah,” ujarnya. (Endah.KOM).