Ketua Bhayangkari Blora Kunjungi Balita Penderita
Hydrocephalus Kronis
INFOKU, Japah, BLORA – Malang nasib Yemima Fara Nathania. Balita yang berusia dua tahun ini,
menderita penyakit hydrocephalus yang sudah cukup kronis.
Penyakit yang diderita sejak lahir itu belum bisa disembuhkan. Sebab,
satu-satunya jalan adalah operasi. Namun hal itu tidak bisa dilaksanakan.
Alasannya, jika dioperasi justru membahayakan keselamatan si penderita.
Ibu balita penderita hydrochepalus, Rahayu Widasari, 19, mengatakan,
penyakit yang diderita putrinya hydrocephalus yang cukup kronis. Tidak bisa sembarangan
disembuhkan. Satu-satunya jalan yakni operasi. Tapi risikonya sangat tinggi.
Ketua
Bhayangkari bersama Kapolres Blora saat Kunjungi Balita Penderita Hydrocephalus
”Penyakit anak saya sudah diketahui ketika masih sembilan bulan di dalam
kandungan. Ketika lahir anak saya sudah sakit hydrocephalus. Kemudian, waktu
umurnya baru 13 hari, saya dibantu Pukesmas Japah diantarkan ke RS St.
Elisabeth Semarang. Dan hasil rontgen-nya sakitnya hydrocephalus,” katanya.
Suaminya yang hanya bekerja sebagai kayawan toko material tidak bisa
berbuat banyak. Namun, dia tetap berharap agar putri satu-satunya itu dapat
sembuh.
Dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Blora waktu putrinya berusia empat
bulan dilarikan ke RSUD Dr. Moewardi, Solo. Hasilnya pun sama. Jalan
satu-satunya yakni dengan operasi.
Tapi dokter rumah sakit tersebut angkat tangan tidak berani melakukannya.
Sebab, terlalu berisiko dan bisa menyebabkan kematian.
Tak hanya berhenti di situ. Mima kembali dibawa ke RSUP Dr. Sarjito
Jogjakarta dengan dibantu Pukesmas Japah dan DKK. Lagi-lagi hasilnya sama,
dokter tidak berani melakukan operasi. Sebab, kodisi fisik Mima –sapaan akrab
Yemina Fara Nathania-lemah.
Kini, berat badan Mina hanya 12 kg. Padahal anak normal beratnya 13-15 kg.
Selain itu, lingkaran kepalanya juga berbeda. Lingkaran kepala Mima yakni 74
cm. Sedangkan anak normal lingkarannya sekitar 30 sampai 35 cm.
”Kalau anak saya kumat, tubuhnya kejang-kejang dan menjerit. Kata dokter
orang yang sakit hydrocephaly akan merasakan pusing. Tapi pusing yang dirasakan
tujuh kali lipat pusingnya orang dewasa,” jelasnya.
Minggu lalu putri dari pasangan Partono, 30, dan Rahayu Widasari, 19, ini
dikunjungi Ketua Bhayangkari Blora Putri Saptono didampingi Kapolres Blora AKBP
Saptono.
Orang nomor satu di jajaran Polres ini mendatangi rumah Mima -sapaan akrab
Yemina Fara Nathania- di RT 3/RW 2 Desa Pengkolrejo, Japah, Blora.
Kapolres Blora AKBP Saptono mengatakan, pihaknya simpati melihat kesusahan
yang dialami keluarga Partono. Untuk mengurangi sedikit beban pihaknya
memberikan santunan kepada keluarganya.
”Penderita hydrocephaly ini menyita perhatian kami untuk ikut membantu.
Alangkah baiknya jika saling berbagi. Masyarakat juga harus memberikan
perhatian kepada orang yang lebih membutuhkan. Setidaknya memberikan kekuatan
moril. Kepada orang tuanya dan anaknya,” ungkapnya. (Endah/RD Kds)
Baca Model Cetak tabloid ....?
Gambar Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru
Gambar Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru