Proyek
Rumah Dinas Bupati Rembang Kembali Molor
INFOKU,
REMBANG
– Komitmen rekanan dan konsultan pengawas dalam penyelesaian Rumah Dinas Bupati
Rembang patut dipertanyakan. Pasalnya, meski pun waktu perpanjangan pengerjaan
sudah selesai pada Selasa (27/12), namun penyelesaian proyek tersebut masih
belum tuntas alias kembali molor.
Berdasarkan
pantauan suaramerdeka.com, sejumlah pekerja masih sibuk menyelesaikan
pengerjaan proyek senilai Rp 4.775.999.000,- tersebut. Secara kasat mata masih
banyak sisa pengerjaan yang belum dituntaskan rekanan.
Tampak, Pejabat
Pembuat Komitmen (PPKom), konsultan pengawas serta rekanan memantau langsung
pengerjaan sisa proyek. PPKom proyek Ismail, mengaku bingung saat ditanya oleh
wartawan mengenai progres dari pengerjaan Rumah Dinas Bupati.
Sebab, ia sudah
menyerahkan sepenuhnya soal pengawasan proyek kepada konsultan pengawas, dalam
hal ini CV Kremonia Desain. Ia sama sekali tidak keberatan berkomentar atas
keterlambatan kali kedua proyek prestisius bagi Pemkab Rembang itu.
Sejatinya, proyek
Rumah Dinas Bupati Rembang sudah harus selesai pada 9 Desember 2016 lalu. Namun
karena belum tuntas, rekanan mengajukan perpanjangan dan dikabulkan oleh PPKom
hingga 27 Desember 2016. Namun, fakta di lapangan, pengerjaan juga masih belum
tuntas.
Konsultan pengawas
proyek, Mulyo Sukarno menjelaskan, bagian pengerjaan yang belum selesai adalah
kayu plafon tumpangsari. Saat ini pengerjaannya masih dikebut oleh pekerja dari
PT Dinasti Praja Kencana, selaku rekanan.
“Yang lain
kemungkinan selesai dalam dua hari ke depan. Kemarin perpanjangan lagi sudah
sesuai dengan kesepakatan. Infonya perpajangan kedua masih simpang-siur, kalau
tidak salah sampai 29 Desember 2016,” terang dia.
Menurut Mulyo,
salah satu penyebab molornya pengerjaan adalah adanya pergantian granit. Sebab,
granit yang disediakan sebelumnya tidak bisa dipasang oleh rekanan dan akhirnya
ada pergantian motif.
Sementara itu,
Project Manager PT Dinasti Praja Kencana, Deni Adwiditika beralasan, molornya
pengerjaan lantaran ada konsep perencanaan tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan. Kondisi itu secara otomatis banyak item yang tidak tercantum di
perencaan awal.
“Contohnya di
perhitungan atap, di Rencana Anggarab Biaya (RAB), hanya di bangunan utama
saja. Otomatis saya berkomitmen menyelesaikannya. Kalau tidak ada hitungannya,
dampaknya ke progres dan waktu pengerjaan,” jelas Deni.(Imam/SM)