Pembangunan Pasar Tradisonal yang Siap Bersaing
Penulis Drs Ec Agung Budi Rustanto – Pimpinan Redaksi
tabloid INFOKU – diolah dari 9 sumber berbeda)
Dalam waktu 5
tahun, pemerintah akan membangun 5.000 pasar tradisional di seluruh negeri, agar
dapat bersaing dengan pasar modern.
Setelah lebih dari 7 tahun terbengkalai, Presiden Jokowi akhirnya
melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama) pembangunan
Pasar Mama-Mama Papua di Kota Jayapura (30/5/2016).
Hari itu, secara simbolik Presiden juga memulai peletakan batu pertama
Pasar Youtefa dan Pasar Budaya Mama-Mama di Jalan Percetakan Negara (Eks
Damri), Kota Jayapura. Dilanjutkan dengan peresmian pasar tradisional Doyo Baru
yang berlokasi di Kabupaten Jayapura.
Melalui Nawacita, pemerintah menargetkan pembangunan 1.000 pasar per tahun.
Sehingga dalam 5 tahun, dengan penduduk 252 juta jiwa, maka satu pasar bisa
melayani 50.000 orang.
Dalam APBN 2016, Kementerian
Perdagangan menganggarkan Rp1,7 triliun untuk pembangunan pasar tradisional di
seluruh Indonesia.
Tekad ini penting, agar perhatian pemangku kepentingan lainnya, terutama
pemerintah daerah, tetap tinggi pada peran pasar tradisional dalam menggerakkan
roda perekonomian.
Harapannya, lewat kebijakan pemerintah ini, pedagang di pasar
tradisional dapat terus berkiprah dan menjadi pedagang yang sukses.
Tekad ini direspon oleh Bupati Blora
yang akan didirikan pasar dengan akan didirikannya Pasar Induk Blora
yang lebih tertata rapi.
Gabus tempat yang akan dijadikan Pasar Induk Blora yang Baru menjanjikan
yang terbaik bagi pedagang.
Pemindahan Pasar ke Gabus Kelurahan Mlangsen akan
ditempatkan di lahan seluas 3 hektare dengan parkir yang luas sehingga tidak
mengganggu kelancaran arus lalu-lintas di jalan raya.
Pemkab pun merencanakan dana pembangunan hingga Rp 30
miliar untuk pasar baru di Gabus tersebut yang nantinya terintegrasi dengan sub
terminal.
Tidak hanya Pasar, Kantor Camat Blora Kota juga akan
dipindah ke kawasan Gabus sehingga wilayah selatan bisa semakin berkembang
perekonomiannya. Komplek perumahan di barat Gabus juga mulai bermunculan
Pasar di Gabus nanti akan digratiskan di 6 bulan pertama.
Pedagang bisa memanfaatkan ini sebagai tenggang waktu penyesuaian diri.
Semuanya lantai 1 dengan 4 blok sesuai jenis dagangan.
Pertimbagannya karena di pasar Induk Blora saat ini lantai
2 sangat sepi pembeli, sehingga pasar baru nanti saya buat 1 lantai saja yang
luas.
Untuk mendukung kelancaran akses ke pasar baru di Gabus,
Pemkab saat ini mulai membangun jembatan tembus Kedungjenar-Beran di selatan
SMPN 2 Blora.
Jembatan itu nanti akan menghubungkan ke pasar yang ada di
Gabus, akan kami bangun jalan lurus ke selatan lewat persawahan melingkar
sampai depan SPBU.
Pemkab Blora juga akan beli angkutan umum untuk melayani
warga yang hendak ke pasar.
Terkait Demo
Perubahan memang terkadang harus diawali dengan rasa tidak aman. Kado
terindah pada pemimpinanya sebagai tanda rasa asuh dan asih antara antara
pemimpin dan yang dipimpin.
Sedang Demonstrasi
adalah ciri bahwa negara kita adalah negara demokrasi.
Selain itu, demonstrasi merupakan ekspresi dari sebuah
kebebasan berpendapat, menyampaikan aspirasi dan kritikan terhadap suatu kebijakan
yang disertai niat tulus, bukan niat karena dapat bayaran ikut demo.
Sebagai catatan kita ambil contoh Gubenur DKI Jaya Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok), meski
kediamannya sempat mau digeruduk pendemo korban gusuran, Ahok tetap bersikeras
melanjutkan pembongkaran bangunan liar.
“Selama rusunnya
sudah siap, penertiban tetap jalan terus,” ujar Ahok di Balaikota, Senin
(14/3/2016).
Ia tak melarang
warga yang melakukan unjuk rasa, karena hal itu adalag hak menyampaikan
pendapat.
“Tapi kalau demonya
di depan rumah saya, itu namanya pelanggaran. Tentu akan ditangkap polisi,”
jelas Ahok saat itu sehari sebelumnya rumahnya di kawasan Pantai Mutiara akan
didemo puluhan warga Penjaringan. Namun sekelompok warga yang keberatan tempat
tinggalnya mau digusur dan hendak berdemo, sudah dibubarkan polisi terlebih
dulu.
Ahok mengaku tidak
alergi menghadapi demo warga.
“Asalkan demonya di
kantor atau di pinggir jalan, silakan saja. Tapi kalau demo di depan rumah,
nggak boleh dong,” ujar Ahok sambil menegaskan serangkaian pembongkaran yang
dilakukan di Jakarta selama ini untuk kepentingan orang banyak.
“Antara lain untuk
mengembalikan fungsi RTH, antisipasi banjir dan kemacetan,” jelasnya.
Ahok mengaku sama
sekali tak ada niat menyengsarakan rakyat. “Tapi sebagai pejabat pemerintah,
kami ibarat orang tua yang harus mengajarkan anak tentang disiplin, tidak mengganggu
orang lain, tidak menyerobot hak orang lain, sehingga mereka benar-benar taat
aturan,” kata Ahok sambil menambahkan anak yang bandel, sesekali perlu dijewer
agar memperbaiki kesalahannya.
“Saya bayangkan
kalau tidak ada penertiban, kayak apa ya wajah DKI? Pasti semua sarana umum
sudah berubah jadi hunian dan tempat jualan. Jalanan macet sana-sini, banjir
juga terjadi di mana-mana,” kata Ahok.
Bagaimana dengan
Blora pak Kokok ?. Lanjutkan.
Baca Model tabloid ....?
Gambar Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru
Gambar Klik KANAN pilih Open New Tab atau Buka Tautan Baru