Pilkada Blora
PDIP Cetak Rekor
Hattrick Kekalahan
INFOKU, BLORA– Blora boleh di bilang kabupaten yang sangant unik bila di kaitkan dengan
politik.
Bagaimana tidak unik Pilgub lalu saat PDIP mengusung Ganjar Pranowo
keseluruh Jateng menang, tapi di Blora justru yang unggul Bibit Waluyo.
Namun kemudian saat Pilpres Jokowi, calon yang diusung dari PDIP unggul telak
di Blora.
Akan tetapi saat Pilkada Rabu (9/12) ini nampaknya PDI Perjuangan harus kembali
mengalami kekalahan lantaran calon yang diusungnya yakni pasangan Abu
Nafi-Dasum (ADA) tertinggal suaranya oleh Djoko Nugroho-Arief Rohman calon dari
Nasdem, PKB, Hanura, PPP dan PKS.
Meski masih sementara namun sejumlah kalangan bisa memastikan kalau
pasangan nomor 2 Djoko Nugroho –Arief Rohman akan memanangi Pilkada kali ini.
Sebab berdarasarkan hitungan formulir C-1 yang diungguh dari website KPU
Pusat, hingga Jum’at (11/12) pukul 11:30.
Cabup dan Cawabup yang di usung dari Nasdem. PKB dan Hanura serta di dukung
PKS ini unggul 251.189 suara atau 51,08 persen, sedangkan ABu-Dasum cabup dari
PDIP dan Gerindra mendapatan 205.824 suara (41,85%) dan Kusnanto-Sutrisno
34.761 (7,07%) dan hasil itu sudah 99,77 persen atau sudah 1.677 TPS dari 1.681
TPS.
“Melihat selisihnya 10 persen dan meskipun masih sementara saya rasa cukup
berat,” ujar Amin Farid direktur LSM Blora Crisis Center (BCC).
Melihat hasil Pilkada kali ini lanjut Amien membuktikan kalau calon dari
PDIP dalam tiga kali Pilkada selalu kalah, padahal Blora merupakan basis masa
tradisional PDIP yang sangat kental.
Dalam pilkada pertama tahun 2005 PDIP mengusung Alm Hartomi Wibowo – Bambang
Susilo kalah dengan alm Basuki Widodo – Yudhi Sancoyo yang diusung Golkar.
Kemudian pada Pilkada 2010 pasangan Warsit – Lusiana yang diusung PDIP
kalah dengan Djoko Nugroho-Abu Nafi.
Kali ini 2015 lagi-lagi dikalahkan oleh Djoko Nugroho berpasangan dengan
Arief Rohman.
Kekalahan yang bisa disebut hattrick ini tentunya harus menjadi pekerjaan
rumah bagi seluruh fungsionaris PDIP Blora, padahal calon yang diajukan
sebenarnya cukup bagus dan populer di masyarakat.
“Lagi-lagi kekalahan calon dari PDIP ini tentu menampar pimpinan PDIP,”
ungkapnya
Dengan hasil
tersebut, maka pupus sudah harapan PDIP untuk memiliki seorang bupati di
Kabupaten Blora untuk ketiga kalinya sejak Pilkada 2005.
“Bisa dikatakan ini
kekalahan hattrick bagi PDIP karena tiga kali pilkada, tiga kali juga mengalami
kekalahan beruntun,” tandas Amien Faried salah satu aktivis LSM Blora Crisis
Centrer.(Endah/Tio/SGK)